Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

Showing posts with label Biografi. Show all posts
Showing posts with label Biografi. Show all posts

21 December, 2008

Aksa Mahmud, HM : Entrepreneur Pendiri Bosowa


Setelah keluar dari tahanan Kodam, dia memutuskan harus meninggalkan profesi jurnalistik yang sempat digumuli bersama rekan-rekan di Koran Mahasiswa Indonesia di Sulawesi Selatan. Kemudian dia kembali dalam wilayah bisnis. Kebetulan, seorang sahabatnya, Jusuf Kalla, anak Haji Kalla, seorang pengusaha terkemuka di Sulawesi Selatan, mengajaknya bekerja di Dolog Makassar dan diperusahaan NV Haji Kalla. Setelah tiga tahun di perusahaan Haji Kalla, yang telah menjadi mertuanya, dia pun pamit, mendirikan usaha sendiri, yang kemudian berkembang menjadi imperium bisnis Bosowa Group.

Saat itu, sebagai aktivis mahasiswa, Angkatan 66, Jusuf Kalla diberi kepercayaan memimpin Dolog. Lalu Jusuf kalla mengajak beberapa aktivis mahasiswa angkatan 66 ikut. Namun ayah Jusuf Kalla, Haji Kalla, menasihati untuk tidak masuk bekerja di Dolog. Kata Haji Kalla, karena kau akan menduduki jabatan itu melalui pressure group yang nantinya mengganti orang-orang Orde Lama dengan Orde Baru, maka suatu ketika juga kau akan diturunkan secara paksa.
“Kalau kau memaksa orang, kau juga akan turun dengan pemaksaan. Dan apapun yang kau bikin nanti di situ, atau apapun yang engkau pakai di situ semuanya akan mendapat tanggapan negatif. Pakai baju baru akan dianggap mewah, bikin rumah nanti kau disorot, macam-macamlah. Tapi kalau kau pengusaha, apapun yang engkau bikin tidak ada yang sorot,” pesan Haji Kalla, sebagaimana dikenang Aksa Mahmud.


Haji Kalla berpesan kepada Jusuf Kalla, lebih baik meneruskan usaha yang telah dirintisnya. Aksa pun diajak ikut bersama Jusuf Kalla di perusahaan NV Haji Kalla itu. Hampir tiga tahun Aksa bekerja di NV Haji Kalla. Saat itu pula dia dikenalkan dan dijodohkan dengan gadis cantik bernama Ramlah, puteri Haji Kalla sendiri. Langsung menikah tanpa melalui pacaran. Tentu Haji Kalla tidak sembarang menjodohkan puterinya dengan Aksa. Orang tua bijaksana itu pasti mempunyai penilaian dan pertimbangan tersendiri setelah melihat semangat kerja, kejujuran, tanggung jawab, keberanian, prestasi dan kinerja Aksa. Atau, Haji Kalla dengan jitu telah melihat berlian yang terpendam dan sudah terasah baik dalam diri Aksa.


Kala itu, Aksa sering ditugaskan ke Jakarta. Sementara Ramlah lagi sekolah (santri) di Pondok Pesantren Wonokromo, Jawa Timur, milik Nahdlatul Ulama. Suatu ketika, Aksa diminta oleh Ibu Haji Kalla mengantarkan sesuatu kepada Sang Puteri Ramlah di Ponpes Wonokromo itu. Begitulah tata cara teknis orangtua supaya anaknya saling mengenal, kemudian dijodohkan. Memang, ujar Aksa, nasib, jodoh dan ajal adalah rahasia Tuhan. “Rasanya pertemuan saya dengan isteri juga adalah rahasia Tuhan,” kata ayah lima orang anak ini.


Sama dengan persahabatan dan kebersamaannya dengan Jusuf Kalla. Mereka datang dari latar belakang keluarga, fakultas dan daerah yang berbeda. Pertemuan mereka hanya diorganisasi mahasiswa, sama-sama aktivis. Tapi dari sekian banyak aktivis waktu itu hanya Aksa yang bergabung bersama-sama dengan Jusuf Kalla, bekerja di perusahaan NV Haji Kalla. Padahal dia pun tak pernah melamar. Tadinya cuma iseng-iseng. Jusuf Kalla mengajaknya bonceng motor masuk kantor bapaknya. Satu-dua jam mereka duduk-duduk. Lama-lama, Haji Kalla memberi mereka pekerjaan dan lebih banyak kepercayaan dan kekuasaan. “Ya kita juga ikutlah. Jadi semuanya itu rahasia Tuhan, dan kerahasiaan itu saya syukuri,” kenang Aksa Mahmud.


Kemudian setelah menikah, Aksa merasa bahwa tidak relevan terus tinggal di perusahaan NV Haji Kalla, mertuanya, dimana kakak iparnya Jusuf Kalla (Wakil Presiden 2004-2009) sudah dipersiapkan menjadi nakhoda. Karena sebagai orang Bugis, dia berpatokan terhadap ilmu kelautan bahwa perahu Pinisi itu nakhodanya cuma satu. Kalau dia tinggal di perusahaan NV Haji Kalla pasti tidak bisa jadi nakhoda. Bagaimanapun Jusuf Kalla-lah nakhodanya. Dia paling bisa, kalau di kapal disebut mualim satu, dua atau tiga. Jadi Aksa berpikir, lalu mengatakan sama istrinya untuk sementara harus siap menderita. Karena dia tidak mungkin selamanya bekerja di perusahaan mertuanya. Sebab Aksa pun bercita-cita, sekecil apapun, ingin jadi orang nomor satu. Aksa berprinsip, lebih baik menjadi orang nomor satu di perusahaan kecil daripada nomor dua di perusahaan besar.


Mungkin cara berpikir ini konvensional. Tapi itulah satu ide awal untuk maju sehingga dia berani mencoba berusaha dari bawah mulai dengan modal lima juta rupiah. Dia pun bersyukur memiliki orangtua dan saudara dari isterinya yang memiliki keunggulan dalam kekeluargaan. “Memang keunggulan kita bersaudara ini, bersekeluarga ini, semuanya mendahulukan persaudaraan adalah segala-galanya. Jadi persaudaraan itu adalah yang tertinggi, uang itu nomor dua. Sehingga kepergiaan saya dari sana juga direstui dan didukung dengan doa,” ungkap Aksa.


Aksa pun membuka show room mobil Datsun. Ketika acara pembukaan bapak dan ibu mertuanya hadir. Bukti kepergiannya dari perusahan mertuanya itu direstui. Sebab dia menjelaskan keinginannya mau coba berdiri sendiri sekaligus minta dukungan. Dukungan yang dia mohon adalah restu, doa. “Tentu dengan doa beliau itu juga sehingga apa yang saya kerjakan bisa berhasil, bisa baik,” ujar Aksa Mahmud.
Itulah awalnya, Aksa berdiri sendiri mendirikan Bosowa, setelah sekitar tiga tahun bersama Jusuf Kalla di perusahaan NV Haji Kalla. Pengalamannya di perusahaan Haji Kalla yang juga bergerak di bidang bisnis otomotif, cukup bermanfaat sebagai bahagian training.


Berdirilah Bosowa, mulai dengan bisnis otomotif, pertama Datsun dan Mitsubishi. Kemudian berkembang, bisa punya pabrik semen, bisa punya jalan tol dan sebagainya di bawah 30-an bendera perusahaan dalam naungan Bosowa Group. Selama hampir seperempat abad dia berjuang keras dan kreatif membangun imperium bisnis Bosowa Group.

Generasi Kedua
Bersamaan dengan perjuangannya mengembangkan Bosowa Group, Aksa dan isteri berhasil juga mempersiapkan anak-anaknya untuk lebih mengembangkannya. Lalu setelah anak-anaknya besar dan siap, bersamaan dengan perkembangan Bosowa yang sudah terbentuk, dia pun mulai menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada anak-anaknya. Proses regenerasi kepemimpinan berlangsung dengan baik. Kini manajemen Bosowa sudah dalam pengendalian generasi kedua.


Aksa pun kembali ke habitatnya semasih mahasiswa. Sebagai aktivis angkatan 66, yang sangat tertarik ke dalam dunia politik dan dunia jurnalistik. Dia pun terpilih menjadi Anggota MPR RI Fraksi Utusan Daerah dari Sulawesi Selatan (1999-2004). Kemudian terjadi perubahan UUD 1945 tahun 2002. Lalu hasil Pemilu 2004 bahwa fraksi utusan daerah, berdasarkan perubahan UUD 1945 menjadi Dewan Perwakilan Daerah. Aksa pun terpilih dengan suara terbanyak menjadi Anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) juga dari Sulawesi Selatan (2004-2009).


Kemudian setelah menjadi anggota DPD, atas kepercayaan anggota MPR baik dari unsur DPD maupun DPR, Aksa terpilih menjadi salah seorang pimpinan MPR, menjabat Wakil Ketua MPR (2004-2009). MPR, sebuah lembaga tinggi negara, terdiri dari seluruh anggota DPR dan seluruh anggota DPD. Sedangkan pimpinan MPR ada empat orang (satu ketua dan tiga wakil ketua, dua dari dua unsur DPR dan dua dari unsur DPD).


Jika sebelumnya tatkala menjadi Anggota MPR RI Fraksi Utusan Daerah dari Sulawesi Selatan (1999-2004), masih sangat ideal tetap aktif sebagai pengusaha, karena tidak mengganggu pekerjaan bisnis. Sebab MPR pada masa itu cuma sekali lima tahun bersidang. Setelah selesai dilantik, sidang memilih presiden, ya sudah. Berakhirnya pun kapan tidak diberi tahu lagi. Berbeda dengan anggota DPR yang harus rutin aktif di Senayan.


Namun setelah terpilih menjadi anggota DPD dan apalagi menjabat Wakil Ketua MPR, Aksa pun berketetapan hati untuk sepenuhnya melepaskan berbagai jabatan dalam manajemen perusahaannya. Kini Grup Bosowa sepenuhnya dikendalikan oleh putera-puterinya, sebagai generasi kedua Bosowa. Hanya saja putera-puterinya masih saja kadang kala meminta nasihatnya dalam hal mengambil keputusan strategis.


Itulah sekelumit perjalanan hidupnya. Karena kalau mau ditutur dari tahun ke tahun terlalu panjang. Dalam buku biografinya mungkin akan ditulis lebih mendetail. Masih tengah ditulis, belum dicetak, masih direview terus. “Kenapa saya review? Karena saya itu selalu menuntut kebenaran. Sebagian di buku itu, teman saya berpendapat yang menurut saya tidak begitu. Karena seolah-olah sejak saya kecil memang sudah kelihatan. Menurut saya, masa kecil itu tidak ada yang istimewa, sama saja dengan tema-teman yang lain, nggak ada keunggulan saya,” ujarnya merendah.


Dia mengaku, bukan pelajar yang istimewa, bukan ranking satu, tapi siswa rata-rata. Modalnya hanya seperti yang telah diuraikan, bisa dipilih menjadi ketua kelas, bisa dipilih menjadi ketua organisasi STM, jadi bukan karena cumlaude-nya. Maka dia pun mereview, sehingga tertunda penerbitannya. Sebab Aksa memang bukan tipikal tokoh yang suka diangkat-angkat dan dipuja-puji. Dia seorang tokoh bersahaja. “Saya mau yang biasa-biasa saja. Namanya biografi itu ‘kan apa yang sesungguhnya terjadi. Kalau masa kecil pahit, ya ditulis pahitlah,” katanya menggambarkan.


Tidak seperti ketika sudah terjun ke dunia bisnis dia punya mimpi besar. Harus menjadi nomor satu, menjadi nakhoda. Waktu kecil dia hanya punya cita-cita bisa naik motor. Karena setiap hari, dia melihat ada orang di kampungnya setiap hari pulang pergi selalu lewat naik motor besar. Saat itu muncul dalam pikirannya, ingin punya motor seperti itu. Ternyata Tuhan kasih lebih dari itu. Dia bisa menjadi dealer datsun dan mitsubishi, bisa punya pabrik sepeda motor, pabrik semen, mengelola jalan tol, punya pembangkit tenaga listrik, punya usaha taksi dan lain sebagainya.


Begitulah perjalanan hidupnya yang amat berguna bagi setiap orang yang ingin meneladaninya. Pengalaman yang cukup banyak, beraneka dan amat berharga. Yang membuatnya setelah masuk ke masyarakat tidak terlalu susah, karena sudah ada pengalaman-pengalaman sejak kecil sampai sekarang. Sehingga dia tidak pernah merasa perlu training khusus untuk sesuatu. Dia cuma merasa perjalanan hidup ini dari kecil cukup beraneka, hingga menjadi pengusaha, kemudian menjadi seorang politisi dan masuk dalam pejabat negara.


Sungguh dia mampu mengasah berlian dalam dirinya, sehingga bermanfaat bagi diri dan keluarganya sendiri, serta berguna bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. Pengalaman hidupnya menjadi guru yang baik bagi setiap orang yang ingin meneladaninya. Dalam konteks pengalaman adalah guru yang terbaik, dia telah menjadi berlian yang memancarkan kekuatan dan kilauan cahaya cinta kasih, perjuangan dan pengabdian abadi. Dia ibarat berlian bangsa dari Timur Indonesia. Sebuah sebutan yang dia sendiri tak pernah menganggap dirinya demikian. Menurutnya, dia adalah orang biasa sebagaimana orang kebanyakan. ► mti/crs

(Sumber : TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia))

Selanjutnya..... Selanjutnya...

Irman Gusman : Pengusaha Pejuang Daerah


Suku Minangkabau sejak lama adalah salah satu ‘lumbung’ nasional penghasil politisi dan negarawan terkemuka. Salah seorang, Irman Gusman, pengusaha, politisi dan negarawan muda usia berpandangan jauh ke depan. Pria kelahiran Padang Panjang 11 Februari 1962, ini adalah salah seorang pejuang kesetaraan daerah dan pusat. Mantan Wakil Ketua Fraksi Utusan Daerah (F-UD) MPR RI 2002-2004, ini terpilih menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 2004-2009.

Meniti karir dari bawah sebagai usahawan sukses, era reformasi mencetuskan keterpanggilan jiwa-batin Irman untuk terlibat langsung memperbaiki nasib dan masa depan bangsa. Fraksi TNI/Polri DPRD Sumatera Barat di tahun 1999 mempercayainya sebagai Utusan Daerah untuk duduk di lembaga tertinggi negara MPR RI. Di lembaga itu secara perlahan namun pasti Irman Gusman mulai terlibat intens mempersiapkan cetak biru wajah perpolitikan baru masa depan lewat sejumlah amandemen konstitusi.

Sebagai pengusaha yang piawai mengadakan lobi-lobi bisnis Irman Gusman begitu lincah bergerak memperjuangkan aspirasi yang dititipkan oleh daerah Sumatera Barat untuk diperjuangkan di tingkat nasional. Aspirasi itu adalah menempatkan setiap kepentingan daerah selalu dalam perspektif nasional. Itu berarti kepentingan dan aspirasi daerah yang diperjuangkan Irman Gusman sejatinya adalah sama dan sebangun dengan perjuangan dan aspirasi setiap daerah-daerah lain yang, akhirnya terakumulasi sebagai aspirasi nasional sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD ’45 yakni memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Irman awalnya memprakarsai pembentukan Fraksi Utusan Daerah (F-UD) MPR, yang beranggotakan 53 orang sebagai alat kelengkapan Majelis untuk bisa dimanfaatkan bersuara lantang memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah.

Wajah yang simpatik, tatapan mata yang teduh, tutur kata yang runtut, sistematis, berbobot, dan jelas arah, serta ditopang tubuh atletis yang dibalut penampilan rapi pakaian lengkap berdasi dan jas membuat Irman suami dari Liestyana Rizal dengan mudah bisa meyakinkan lawan bicara.



Di kalangan politisi Senayan ayah tiga orang anak Irviandari Alestya Gusman, Irviandra Fathan Gusman, dan Irvianjani Audria Gusman segera saja dikenal sebagai pelobi ulung yang berpotensi mewarnai penuh wajah pentas perpolitikan nasional. Irman bahkan berani merogoh kocek untuk mengumpulkan sejumlah politisi di hotel-hotel mewah agar keputusan lobi yang dihasilkan berkualitas sekaligus berguna menyelesaikan sejumlah persoalan bangsa.

Lobi-lobi yang digulirkan alumni Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (FE-UKI) Jurusan Ekonomi Perusahaan tahun 1985 antara lain berhasil menggolkan pembentukan Fraksi Utusan Daerah (F-UD) MPR di tahun 2001, setelah sebelumnya tahun 2000 sempat dibekukan.



Sebagai politisi non partisan murni memperjuangkan kepentingan semua golongan masyarakat tanpa disekat kepentingan praksis sesaat model partai-partai politik, selama pembekuan F-UD Irman bergabung berjuang dalam Fraksi Utusan Golongan (F-UG). Lobi dan perjuangan Irman untuk menegaskan kembali bahwa komitmen Anggota MPR ‘alumni’ Utusan Daerah adalah murni di garis perjuangan aspirasi dan kepentingan daerah.

Fraksi Utusan Daerah akhirnya kembali bisa hidup di tahun 2001, sekaligus menempatkan nama Irman sebagai salah satu Wakil Ketua F-UD sejak tahun 2902. Tak berhenti di situ, perjuangan baru Irman adalah menuntut agar MPR menempatkan seorang anggota Utusan Daerah duduk sebagai Wakil Ketua MPR.

Bermodalkan alat kelengkapan baru bernama Fraksi Utusan Daerah Irman bersama kolega dan fraksi-fraksi lain berhasil melakukan sejumlah amandemen konstitusi. Seperti, keharusan melaksanakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden secara langsung, demikian pula terhadap setiap kepala daerah gubernur, bupati, dan walikota harus dipilih langsung.



Puncak pencapaian lain amandemen adalah kesepakatan nasional membentuk lembaga tinggi negara baru bernama Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dikhususkan hadir untuk membangun kesetaraan dan persamaan pembangunan nasional melalui pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi di segala bidang secara konstitusional.

DPD, karena ide awalnya adalah memperjuangkan kesetaraan dan kesamaan antara kepentingan daerah dengan pusat, maka, setiap daerah tingkat satu diwakili sama oleh empat anggota DPD tanpa memperhitungkan perbedaan geografi dan demografi penduduk setiap propinsi.

Selintas kehadiran DPD ‘hanya’ untuk mengakomodasi dihapuskannya F-UD di MPR muai tahun 2004, sebagai salahsatu hasil lain amandemen konstitusi. Namun Irman Gusman menegaskan kehadiran DPD adalah untuk membangun kesetaraan dengan semua institusi politik lain DPR, MPR, Presiden, BPK, dan MA yang dalam sistem ketatanegaraan baru adalah sama-sama lembaga tinggi negara.



Berbeda dengan F-UD sebelumnya yang hanya sub-ordinat dari lembaga tertinggi negara MPR, DPD bekerja independen, bisa menjadi penyeimbang DPR, bahkan berpotensi menjadi saluran aspirasi alternatif baru di luar jalur konvensional DPR.

Irman berhasil membawa sistem perpolitikan nasional menjadi bikameral yang menempatkan DPD sama seperti Senator di Amerika Serikat. Perjuangan ini agaknya masihlah langkah awal baru dalam benak Irman.



Sebab sebagaimana galibnya dalam sistem bikameral lembaga senator adalah kawah candradimuka ajang pelatihan yang bisa menghantar anggotanya menjadi calon gubernur bahkan hingga mencapai puncak tertinggi sebagai calon presiden, sebagaimana calon presiden AS John F. Kerry dari Partai Demokrat yang pada Pemilu 2 November 2004 bersaing dengan the incumbent president George W. Bush dari Partai Republik.

Kesempatan menjadi eksekutif pemerintah terbuka luas sebab setiap senator yang dipilih langsung oleh rakyat dipastikan sudah memiliki basis massa konstituen yang kuat. Irman bermaksud agar lembaga DPD bisa mengkader ke-128 anggotanya yang berpotensi menjadi calon-calon eksekutif handal di segala tingkatan. Karena itu Irman melalui lembaga DPD berkehendak mengamandemen UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah agar setiap kader bangsa yang non partisan berhak mengajukan diri sebagai calon kepala daerah maupun kepala negara.

Sebagai salah seorang penggagas dan pembentuk cetak biru sistem perpolitikan baru, Irman Gusman seorang penganut paham kebangsaan aktivis di berbagai organisasi keagamaan Islam sangat kenal betul bagaimana elan berikut visi dan misi lembaga DPD. Irman segera mempersiapkan diri dari bawah untuk meniti ulang karir politik lewat Pemilu Legislatif 2004. Irman Gusman berhasil terpilih menjadi anggota DPD periode 2004-2009 dari Sumatera Barat sebagai peraih suara terbesar 325.708 suara, atau 18 persen dari suara pemilih Sumatera Barat.

Aktivitas Irman Gusman, yang ketika mahasiswa di tengah-tengah komunitas plural khususnya umat nasrani terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (SM-UKI), adalah Penasehat Majelis Ekonomi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat 2000-2005, Dewan Pakar Majelis Ekonomi Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2000-2005, Anggota Dewan Penyantun Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, dan Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat 2002-2005.

Usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan hasil Pemilu Legislatif 2004 naluri lobi Irman Gusman segera ‘menyuruhnya’ bergerilya menggagas ide pembentukan Kaukus DPD Sumatera. Dari 40 anggota DPD se-Sumatera 34 diantaranya sepakat menyetujui Deklarasi Batam untuk mengusung nama Irman Gusman sebagai calon tunggal merebut kursi Ketua DPD. Kaukus juga ditugaskan mempersiapkan visi dan misi serta bentuk perjuangan anggota DPD se-Sumatera sepanjang tahun 2004-2009 dalam konteks dan perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kesepakatan Deklarasi Batam dipegang teguh oleh seluruh anggota. Tidak mengherankan jika pemilihan ketua DPD dilangsungkan harus dalam tiga kali putaran karena ketatnya persaingan. Pada putaran pertama yang dimulai Jumat 1 Oktober pukul 15.45. wib diperoleh tujuh nama yang berhasil meraih suara. Yakni, Ginandjar Kartasasmita (49 suara), Irman Gusman (29 suara), Sarwono Kusumaatmaja (22 suara), La Ode Ida (18 suara), Harun Al Rasyid (dua suara), M. Nasir (satu suara), dan Kasmir Triputra (satu suara).



Lima suara dinyatakan tidak sah dan satu suara abstain. Karena La Ode Ida menyatakan mundur dari pencalonan maka hanya tiga besar yang maju ke putaran kedua, Ginandjar Kartasasmita, Irman Gusman, dan Sarwono Kusumaatmaja.

Pada putaran kedua yang mulai bergulir di malam hari pukul 20.00 wib nama Irman Gusman masih peraih suara terbesar kedua dengan 43 suara, di bawah Ginandjar Kartasasmita yang mantan Menko Ekuin 59 suara di atas Sarwono Kusumaatmaja yang mantan Menneg Lingkungan Hidup 26 suara. Irman berhasil lolos dari kepungan dua pentolan politik rejim Orde Baru untuk kembali maju ke pemilihan ‘grand final’ putaran ketiga.

Pada penghitungan akhir putaran ketiga terjadi kejar-kejaran suara antara Ginandjar dan Irman. Namun hasil akhir hanya menunjukkan Irman meraih 54 suara, kalah tipis dari Ginandjar yang meraih 72 suara. Satu suara dinyatakan tidak sah dan satu suara kosong. Irman mengakui suara yang diraih masih di bawah kalkulasi politik Tim Suksesnya namun Deklarasi Batam dianggap tetap solid mendukung dirinya.



Sebagai antiklimaks Irman puas hanya menduduki kursi Wakil Ketua DPD mewakili wilayah barat, setelah dalam pemilihan meraih 50 suara unggul atas kandidat lain Nurdin Tampubolon 25 suara, Bambang Suroso delapan suara, dan Mediati Hafni Hanum satu suara. Satu kursi lain wakil ketua dari wilayah timur diraih oleh La Ode Ida.

Perjuangan tiada henti
Kiprah Irman Gusman memperjuangkan kesetaraan lembaga baru DPD dengan lembaga tinggi negara lain seolah tiada henti. Ajang pemilihan ketua MPR RI 2004-2009 membuktikan betapa gigihnya Irman berjuang. Irman sekaligus pula berhasil menyakinkan banyak pihak betapa DPD sudah sepantasnya mulai diperhitungkan secara saksama sebagai sebuah kekuatan riil politik baru.

Ketika itu hingga tanggal 5 Oktober 2004 pemilihan ketua MPR berkali-kali mengalami kebuntuan. DPD menuntut hak menempatkan dua wakilnya sebagai unsur pimpinan MPR, sama dan setara dengan DPR untuk juga hanya menempatkan dua wakil. Tatib MPR menggariskan pimpinan MPR terdiri empat orang berasal dari DPR dan DPD.



Keteguhan Irman memperjuangkan dua kursi di pimpinan MPR didasarkan kesepakatan nasional dalam amandemen konstitusi, bahwa kedua lembaga DPD dan DPR berdiri setara dan sejajar tanpa memperhitungkan proporsionalitas jumlah anggota DPD yang 128 orang dan DPR yang 550 orang anggota.

“Kalau DPD menuntut agar unsur pimpinan MPR berasal dari DPD dua orang dan DPR dua orang karena kita ingin adanya kesejajaran antara lembaga DPR dan DPD,” kata Irman Gusman, berbicara dalam kapasitas baru sebagai Wakil Ketua DPD, kepada wartawan di gedung DPR, Selasa (5/10). Irman mengungkapkan itu untuk menanggapi pernyataan Ketua Dewan Koalisi Kebangsaan Akbar Tandjung yang menilai tuntutan DPD mengubah Tatib MPR dan tuntutan menempatkan dua wakilnya duduk di pimpinan MPR bisa membuka pintu amendemen UUD ‘45.

Perdebatan tentang unsur pimpinan nyaris semakin menuju deadlock. Akbar Tandjung menyebutkan ide kesejajaran bisa mengarah ke bentuk negara federalisme. Tuntutan DPD kata Akbar juga tidak sesuai dengan konstitusi sebab UUD ’45 tidak menyebutkan dengan eksplisit dua wakil ketua MPR dari DPR.



Tapi Irman Gusman malah semakin menegaskan sikap bahwa usulan DPD yang sudah sebelumnya disetujui dalam rapat gabungan fraksi dan akhirnya dibahas dalam Panitia Ad Hoc bukanlah mengada-ada. Usulan itu, kata Irman, semata-mata didasarkan atas aspirasi konstituen di daerah sebab para anggota DPD berbeda dengan DPR. Anggota DPD kata Irman berjuang sendiri untuk menggalang dukungan dan meraih suara sebanyak mungkin.

Untuk menunjukkan jati diri sebagai negarawan sejati dengan tak kalah sengit Irman Gusman menegaskan butir-butir UUD 1945 Bab 16, pasal 37 ayat (5) bahwa bentuk negara Indonesia tidak dapat lagi dilakukan perubahan, sehingga anggapan bahwa DPD hendak menuju negara federal tidak dapat dibenarkan.

Alhasil, ide Irman Gusman menyetarakan DPD dengan DPR berhasil diterima. Pimpinan MPR disetujui terdiri dua unsur DPR dan dua unsur DPD. Pemilihan Ketua MPR yang sangat demokratis berlangsung sengit. Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (F-PKS) terpilih bersama tiga wakilnya AM Fatwa (F-PAN), Aksa Mahmud dan Mooryati Sodibyo keduanya dari DPD yang diusung Koalisi Kerakyatan, menang tipis meraih 326 suara berbeda dua suara saja dari calon Koalisi Kebangsaan yang meraih 324 suara terdiri Sutjipto (F-PDIP), Theo L. Sambuaga (F-PG), Sarwono Kusumaatmaja dan Aida Ismet Nasution keduanya dari unsur DPD. Drama perbedaan tipis dua suara dibumbui oleh ketidakhadiran dua anggota F-PDIP dalam pemungutan suara, serta tiga suara dinyatakan abstain dan 10 suara tidak sah.

Perluasan wewenang
Visi kenegarawananlah yang ‘mengharuskan’ Irman Gusman terjun sebagai politisi untuk berjuang mensejajarkan kepentingan daerah dan pusat. Kepentingan daerah selama puluhan tahun seolah-olah tak pernah dipandang perlu oleh pemerintah pusat yang sangat sentralistik.

Sebagai pengusaha muda beridealisme tinggi yang berkehendak membangun seluruh daerah di Indonesia, tak sebatas kota Padang Panjang tanah kelahiran, Irman Gusman pengusaha sukses yang selama lima tahun 1998-2003 pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Dewan Pengurus Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) telah banyak merasakan besarnya hambatan akibat ketimpangan peran Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.



Irman juga aktif di berbagai organisasi bisnis, seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) sebagai Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi (LP2E) Hipmi Pusat, maupun di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin).

Kiprah perjuangan mewujudkan kesejajaran sudah dia awali di lembaga MPR sepanjang tahun 1999-2004, dan kini di lembaga baru DPD sepanjang tahun 2004-2009 Irman tetap akan berjuang bagi daerah. Irman, yang berhasil menyelesaikan pendidikan S-2 Master of Business Administration (MBA) di University of Bridgeport Connecticut, AS jurusan pemasaran tahun 1988 sangat menginginkan DPD memiliki banyak wewenang yang bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.

Bagi Irman Gusman perluasan wewenang DPD diperlukan untuk mengurangi pengaruh sentralistik yang sampai saat ini masih terasa di daerah. Khususnya kebijakan yang berpengaruh pada iklim usaha di daerah. “Sebagai pengusaha, selama ini saya merasa banyak kebijakan pusat yang tidak menguntungkan iklim usaha di daerah,” Irman menegaskan.



Itu sebabnya, menurut Irman DPD harus berupaya memberdayakan masyarakat daerah serta mengusahakan undang- undang yang lebih berpihak kepada rakyat di daerah. Jadi, penguatan masyarakat dimulai dengan melakukan penguatan masyarakat di daerah.

“Itu pula sebabnya, seorang anggota DPD harus punya kemandirian secara ekonomi sehingga bisa membantu masyarakat. Saya sendiri berasal dari keluarga yang punya kemampuan ekonomi, dan dengan itu bisa membantu masyarakat untuk menciptakan kemandirian. Bagaimana mungkin orang miskin akan membantu orang miskin,” kata Irman, tanpa bermaksud sombong atau meninggikan hati melainkan betapa untuk berjuang sangat dibutuhkan kekuatan besar yang memadai sambil tetap disertai idealisme murni kebangsaan.

Irman Gusman berprinsip DPD adalah ‘jembatan emas’ baru untuk segala kepentingan terlebih untuk mengurangi kesenjangan antara pemerintahan pusat dan daerah. “Apalagi kalau kita lihat, kewenangan kami adalah dalam bidang kesejahteraan, pembangunan, sosial, ekonomi, moral, pendidikan dan daerah,” kata Irman. Bahkan, menurut Irman DPD hadir untuk mengkoreksi segala kebijakan Undang-Undang yang masih bersifat sentralistik.

Pebisnis pionier
Sebelum menjadi politisi Irman Gusman adalah pebisnis murni yang mendasarkan perjalanan dan pengelolaan usahanya pada etika-etika agama atau nilai-nilai Islami sebagaimana agama yang dia anut. Ia sangat menjunjung tinggi profesionalisme, etika, inovasi, dan kepeloporan. Bahkan, hampir semua bisnis yang digeluti merupakan bisnis pionir.

Contoh klasiknya adalah PT Kopitime DotCom Tbk, perusahaan multimedia penyedia jasa teknologi informasi dan internet pertama di Indonesia yang berhasil listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Perusahaan publik ini dia gagas dengan mempertaruhkan nama baik dan reputasinya sebagai pengusaha dan anggota MPR RI.

Gagasan bisnis yang kreatif dan orisinil sudah merupakan ciri utama setiap kiprah Irman Gusman, disamping tetap mencantelkan sisi idealisme. Secara bisnis menjual Kopitime di lantai bursa memberi Irman pemasukan kapital dalam jumlah banyak dan segera. Dia hanya membuka diri menawarkan kesempatan sebagai pemegang saham kepada pihak lain.



Namun yang terutama Kopitime DotCom membawa misi mulia membantu setiap pengusaha nasional, terutama usahawan kecil dan menengah (UKM) yang baru tumbuh berkesempatan memperluas pangsa pasar di luar negeri lewat Internet dengan biaya murah. “Jumlah pengusaha UKM kurang lebih 2,5 juta tapi sulit mencari mitra bisnis di luar negeri karena keterbatasan biaya dan jaringan,” kata Irman Gusman, saat berbicara pada forum Musyawarah Nasional Tarjih ke-26 PP Muhammadiyah, di Padang awal Oktober 2003.

Sebagai pengusaha yang tumbuh dari bawah Irman Gusman sangat mendambakan lahirnya banyak usahawan kecil dan menengah di Indonesia. Semangat kewirausahaan kata Irman harus selalu didengungkan agar muncul para enterpreneur baru sebagaimana jejak langkahnya.



Jabatan bisnis yang kini dipegang Irman antara lain Direktur Utama PT Prinavin Prakarsa bergerak di bidang perdagangan dan investasi, Komisaris Utama PT Padang Industrial Park sebuah kawasan industri di Padang yang digagasnya bersama mitra usaha dari Negeri Jiran Malaysia, Komisaris Utama PT Khage Lestari Timber bergerak di bidang pengelolaan dan ekspor kayu olahan, Komisaris Utama PT Guthri Pasaman Nusantara pengelolaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Pasaman, Sumatera Barat, Komisaris Utama PT Sumatera Korea Motor, dan Komisaris Utama PT Kopitime DotCom, Tbk.

Irman Gusman juga tercatat sebagai Pemimpin Redaksi harian “Mimbar Minang” suratkabar pertama yang dia dirikan dengan kepemilikan saham 100 persen berbentuk badan hukum koperasi, sebuah terobosan yang pernah mengundang kekaguman dan apresiasi tinggi dari berbagai kalangan perkoperasian Indonesia.



Koperasi dimaksud Koperasi Equatorial Minang Media, yang pendiriannya diprakarsai Irman Gusman juga memiliki dan mengelola berbagai bidang usaha lain seperti Perkebunan Kopi Arabika Pinang Awan Muara Labuh seluas 1.500 hektar di Kabupaten Solok, penerbit buku Pustaka Mimbar Minang, pengelola portal internet MimbarMinang.Com, serta pengelola Kantor Hukum Ekuator. Masih di bidang media, antara tahun 2000-2002 Irman pernah tercatat sebagai Komisaris PT Abdi Bangsa, Tbk penerbit harian “Republika”.

Paradigma berubah
Jiwa pionir bisnis Irman Gusman juga sangat terasa ketika mendirikan Kawasan Industri Padang Industrial Park (PIP) tahun 1994. Dalam usia relatf muda 32 tahun ia membuktikan tingginya komitmen dan kepeduliannya membangun daerah, tentu untuk pertama kali dipilih daerah asal lebih dahulu yakni Padang. Ia menggandeng investor asing Johor Corporation Group of Companies, sebuah kelompok usaha konglomerat dari Malaysia untuk menggarap lahan seluas 200 hektar menjadi sebuah kawasan industri terpadu.

“Kawasan Industri Padang harus menjadi kebanggaan masyarakat, ia harus menjadi lokomotif industrialisasi di daerah sebab ini dibangun sebagai suatu bisnis sekaligus idealisme membangun tanah kelahiran. Tujuannya tak lain untuk memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi dan mendorong investasi yang besar ke daerah ini,” kata Irman Gusman, yang memilih hidup di jalur bisnis terinspirasi oleh kemajuan pesat ekonomi Amerika Serikat berkat topangan peranan swasta yang begitu besar.

Irman Gusman sesungguhnya awalnya memiliki cita-cita memasuki lembaga birokrasi pemerintah sebagai Pegawai Negeri Sipil. Tujuannya untuk mengabdi sekaligus memperbaiki wajah pembangunan Indonesia yang timpang. Namun ayahnya memberikan dorongan berbeda harus haus akan ilmu pengetahuan serta bersemangat meningkatkan kualitas diri secara terus-menerus melalui pendidikan dan pengalaman di beragam bidang. Dorongan ayahnya timbul sebab sungguh sadar betapa beratnya tugas dan tantangan hidup di masa depan.

Kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (FE-UKI) Jurusan Ekonomi Perusahaan tahun 1979-1985 dirasa belum cukup. Irman memutuskan kembali memasuki dunia kampus melanjutkan kuliah pasca sarjana S-2 ke University of Bridgeport, Conneticut, AS antara tahun 1986-1988.

Januari 1986 berangkat ke Amerika Serikat delapan bulan pertama diisi program persiapan studi di Bobson College, Massachusetts kemudian dilanjutkan ke Graduate School of Business University of Bridgeport, Connecticut. Irman Gusman memulai sebuah perjalanan yang di kemudian hari terbukti berhasil mempengaruhi cara pandang dan wawasan berpikirnya sebagai bekal untuk mewujudkan cita-cita sebagai anak bangsa yang peduli memperbaiki nasib bangsa.

Bukan hanya memperdalam ilmu pengetahuan di bangku kuliah. Irman Gusman sekaligus berkesempatan mempelajari dinamika masyarakat Amerika yang berhasil menata diri menjadi bangsa yang maju dan modern. Memikirkan bagaimana strategi meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat secara ekonomi dan sosial terutama melalui pemberdayaan dan pemerataan pembangunan masyarakat daerah.



Melihat betapa negara Amerika Serikat bisa maju dan modern ditopang oleh kemajuan dan kemandirian masing-masing daerah otonom dimana hubungan antara pemerintah pusat dan negara bagian begitu harmonis. Demikian pula terjadi pembagian kewenangan yang adil dan proporsional antara pemerintah pusat dan negara bagian sehingga negara bagian dimungkinkan tumbuh sesuai kapasitas dan keunggulan masing-masing.

Pembelajaran tidak serta-merta berhenti usai meraih gelar S-2 Master of Business Administration (MBA) Mei 1988. Sebelum pulang dan tiba di tanah air persis pada tanggal 8 Agustus 1988, Irman Gusman berkesempatan berkeliling Eropa mengunjungi Inggris, Belanda, Perancis, Jerman Barat, dan sejumlah negara Eropa Timur seperti Rusia dan negara komunis lainnya. Irman Gusman berhasil memperkaya diri dengan perspektif yang lebih luas perihal pembangunan ekonomi baik itu sistem kapitalis, sosialisme, dan komunisme.

Keluarga Pengusaha dan Pendidik
Irman Gusman anak kedua dari 14 bersaudara lahir dan besar di lingkungan keluarga pengusaha sekaligus pendidik, Ayah Drs. H. Gusman Gaus dan Ibu Hj. Janimar Kamili. Tak heran jika Irman mengidentifikasi diri sebagai pengusaha sekaligus pendidik.

“Panggilan jiwa saya adalah sebagai pendidik. Kalaupun sebagai pengusaha, saya lebih memilih menjadi pengusaha yang dapat memberikan inspirasi dan mengutamakan pengetahuan, atau menjadi pengusaha yang berbasis pengetahuan, atau knoledge-based entrepeneur,” kata Irman, Anggota Dewan Penyantun Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB).

Irman Gusman menjabat pula sebagai Ketua Yayasan Amal Bhakti Mukmin Indonesia (Albani), pengelola lembaga pendidikan Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIK) Padang, yang didirikan ayahnya sejak tahun 1990. Di tangan Irman, sejak tahun 2002 status AMIK ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Indonesia, yang menujukkan wujud kepedulian seorang anak daerah Irman Gusman terhadap kemajuan pendidikan dan kuatnya keinginan memasyarakatkan teknologi informasi ke kalangan generasi muda Sumatera Barat.



Sebagaimana visi dan kepribadian pemiliknya Irman Gusman, STIMIK Indonesia didesain mampu menghasilkan sumberdaya manusia berkarakteristik tiga hal, mempunyai profesionalisme dan dasar keahlian yang memadai, memiliki jiwa kewirausahaan yang tangguh, dan menjunjung tinggi budi pekerti dan perilaku Islami.

Pada masanya ayah Irman Gusman Drs. H. Gusman Gaus sudah dikenal sebagai tokoh terkemuka Sumatera Barat, yang antara lain pernah tercatat sebagai pengurus teras Kadin Sumatera Barat, Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), Wakil Ketua Orwil ICMI Sumatera Barat, Ketua Orsat ICMI Kota Padang, dan penasehat Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat.



Bahkan, jika ditarik ke belakang sang kakek H. Kamili juga tergolong tokoh masyarakat terkemuka Sumatera Barat pada masanya, antara lain sebagai saudagar emas ternama sepanjang tahun 1950-1960-an, aktivis mesjid berkiprah memajukan Islam seperti membesarkan Pondok Pesantren Rawalib.

Pulang dari Amerika bergelar MBA mudah saja bagi Irman mencari pekerjaan, semisal berkarir di berbagai PMA, atau multinational companies, atau di BUMN dengan sejumlah besar gaji. Tapi ia memilih jalur sebagai enterpreneur dengan pekerjaan pertama membenahi sebuah perusahaan keluarga yang sedang terbelit masalah keuangan.

“Kecintaan pada keluarga membuat semua beban dan tantangan yang saya hadapi terasa ringan. Saya harus tinggal di lokasi pabrik, bertahun-tahun, jauh dari keramaian dan kesenangan, bekerja siang malam agar perusahaan keluarga ini selamat dan sehat kembali.



Tanpa semangat kewirausahaan, idealisme, keyakinan yang kuat, dan dukungan semua pihak mustahil saya mampu mengemban amanat keluarga ini,” kata Irman yang selalu bersikap akrab dengan bawahan. Irman berhasil memulihkan kondisi perusahaan menjadi lebih sehat, mandiri, menguntungkan, dan menjadi salah industri pengolahan kayu terpadu di Sumatera Barat berorientasi ekspor 100 persen.

Irman Gusman bukan lagi pengusaha daerah sebatas Sumatera Barat, atau pengusaha nasional sebatas Indonesia, ia bahkan telah melebarkan sayap sebagai pengusaha sukses yang layak bergaul dan diperhitungkan di dunia internasional. Irman selalu mendapat undangan khusus menghadiri acara-acara tingkat dunia yang diselenggarakan oleh World Economic Forum (WEF).



WEF adalah organisasi nirlaba internasional yang berkomitmen memperbaiki tata-kelola negara-negara di dunia, seperti mengadakan pertemuan New Asian Leader dan East Asia Economic Summit. Untuk tingkat dunia WEF mengadakan pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Davos, Swiss yang juga selalu dihadiri Irman Gusman berkumpul dan berbicara secara bebas dan informal mencari solusi dalam rangka mempercepat penyelesaian masalah-masalah global khususnya bidang ekonomi bagi pengembangan masyarakat global.

“Kehadiran saya pada acara-acara yang diadakan oleh World Economic Forum tersebut merupakan upaya untuk memanfaatkan dan memaksimalkan jaringan global bagi sebesar-besarnya peningkatan kesejahteraan rakyat. Insya Allah bermanfaat bagi pembangunan bangsa ini di masa depan,” kata Irman, menegaskan bahwa semua langkah-langkah idealismenya adalah demi bangsa. Selain aktif di WEF, Irman Gusman juga tercatat sebagai anggota International Business Advisory Council (IBAC) pada Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Internasional (World Trade Organization/WTO), berkedudukan di Lausanne, Geneva, Swiss. ►ht-ms

(Sumber : TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia))

Selanjutnya..... Selanjutnya...

03 December, 2008

Membangun Indonesia, Inspirasi dari Jepang

Kiting Damalis (14/08/2008 - 15:31 WIB)

Jurnalnet.com (Jakarta): Anni Iwasaki (55 tahun) wanita Indonesia bersuamikan orang Jepang merupakan salah satu penulis legendaris yang sejak kepindahannya ke Tokyo tahun 1974, gencar menulis tentang kemajuan Jepang dikirim langsung dari Tokyo.

Sementara hasil kerja politisi banyak dicemooh 'turbulensi rejeksi' masyarakat mencuatkan kekuatiran Golput (golongan putih) bakal memenangkan kampanye legislatif dan capres-cawapres pemilu tahun 2009-2014. Anni justru berpendapat Parpol adalah tempat yang tepat mewujudkan cita-cita Kebangsaan.

Sejak tahun 2002 Anni PP Tokyo-Jakarta, kini di Jakarta dia memegang jabatan politik sebagai Fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar (DPP PG) Dapil II DKI sekaligus duduk di Badan Pengendalian dan Pemenangan Pemilu PG 09 (Bappilu 09 PG) sebagai Wakil Ketua Hubungan Antar Lembaga dan Pengendalian Keamanan.

Dibawah ini rangkuman wawancara diangkat dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh umum ke redaksi Jurnalnet.com tentang sepak terjang Anni Iwasaki. Berikut petikannya:

Jurnalnet.com (T): apa yang membuat anda demikian gigih memperjuangkan pembangunan Indonesia inspirasi dari Jepang?

Anni Iwasaki (J): Pertama adalah faktor alam jika hidup sendiri berhasil, timbul keinginan berbagi pengalaman kepada orang-orang yang berkeinginan berhasil dalam hidupnya.

Kedua, keberhasilan pembangunan manusia Jepang adalah kunci keberhasilan Jepang meningkatkan kualitas hidup rakyat Jepang berturut-turut mencapai predikat bangsa tersejahtera dan memiliki harapan hidup terpanjang di dunia versi PBB.

Saya tahu persis tentang proses itu karena saya hidup di dalamnya dan saya berhasil pula membangun diri. Pembangunan manusia Jepang sangat komprehensif dan intens dari dalam keluarga-keluarga sedang di Indonesia pembangunan manusia amanah pembukaan UUD 1945 implementasinya sebatas pelatihan kerja untuk menjadi tenaga kerja. Artinya, di Jepang manusia dikembangkan sifat-sifat baiknya di Indonesia manusia baru diapresiasi ototnya.

Kini kualitas manusia Jepang perkapita bisa menghasilkan antara US$35-40 ribu, 'otot' Indonesia berpendapatan perkapita hanya sekitar US$2-3 ribu. Di Tokyo sebelum anak pertama saya lahir tahun 1976 saya langsung tahu jika arah pembangunan Indonesia tidak kedepan dan Jepang akan terus leading.

Tahun 1974 nilai 1 yen sama dengan 1.3 rupiah, tahun ini usia RI ke 63 tahun dan sudah 50 thn menjalin hubungan dengan Jepang, kurs 1 yen adalah sekitar 85 rupiah.

Ketiga, dalam forum-forum saya mengupas keberhasilan rakyat Jepang, para hadirin bergembira merasa mendapatkan semangat dan harapan baru, bahwa, hidup sejahtera itu betul-betul ada dan bisa dicapai. Hampir setiap bulan saya mendapat undangan diskusi, berbicara di seminar dan ceramah di pengajian, semua itu menambah pengetahuan dan semangat saya.

Keempat, Jepang sedang mencari teman mengembangkan pembangunan masyarakat sipil ke luar Jepang. Peran serta Indonesia era reformasi dari militerisme ke civilian sangat menentukan keberhasilan itu. Dengan demikian anggaran militer dunia yang mencapai US$1 trilyun pertahun, bisa dialihkan kepada pembangunan dan pengembangan masyarakat sipil dunia.

(T): Kesulitan apa yang anda jumpai koq sampai sekarang belum berhasil?

(J) : Awalnya saya tidak berpikir sampai memperjuangkan sistim. Sesuai dengan kondisi saya sebagai ibu rumah tangga Jepang dengan tiga anak saat itu masih kecil dan saya fokus kepada tugas-tugas membesarkan anak-anak. Melalui tulisan-tulisan saya bermaksud memberikan informasi ke Indonesia tentang banyak hal positip di Jepang yang bisa dijadikan inspirasi.

Sementara kualitas manusia Indonesia dari tahun ke tahun semakin buruk jumlah kelahiran bertambah besar, lalu pemerintahan Soeharto jatuh. Generasi sebelum kemerdekaan dan memiliki pengalaman dan hubungan baik dengan Jepang sudah banyak yang meninggal yang masih hidup sudah sangat tua. Generasi baru banyak yang menuntut ilmu ke Jepang, ternyata hanya untuk bekal bisa bekerja di perusahaan-perusahaan Jepang .

Kemajuan Jepang hanya dimaknai sebatas jika bekerja di perusahaan Jepang bisa dapat gaji besar. Sementara lulusan AS dan Eropa banyak mendominasi lahan decision maker di partai-partai politik, posisi penting di pemerintahan dan lapangan usaha.

Untuk kelas dibawah golongan menengah umumnya pengetahuannya tentang Jepang tetap seperti ketika saya masih sekolah dulu Jepang pra PD II sebagai penjahat perang, penjajah, sake, geisha, samurai, jugunhianfu, romusha, bunuh diri. Yang baru hanyalah tentang filem kartun Jepang. Menyadari semua ini saya tidak menganggap kesulitan yang bisa segera saya kerjakan langsung saya kerjakan.

(T) : Sebagai politisi apakah anda melihat ada hambatan hubungan Indonesia-Jepang setelah reformasi 1999?

(J) : Wah hambatannya besar sekali. Generasi yang lahir paska kemerdekaan dan duduk di pemerintahan sejak jatuhnya orde baru tahun 1999 dari level presiden, para menteri, birokrat, civitas akademik hingga ke para politisi tidak banyak tahu tentang Jepang kecuali mobil Jepang bagus. Ketidak tahun ini menghambat komunikasi kedua belah pihak lalu merembet ke hal-hal lain akibatnya kepada investasi Jepang ke Indonesia yang makin menyusut. Sementara pemerintah Indonesia bingung apa sebabnya koq investasi dari Jepang belum datang juga. Hal seperti ini saya punya solusinya.

(T): Apakah konsep anda itu sudah di daulat oleh PG?

(J) : Ha..haa saya kan PG dengan NPAPG 09050702558, anytime anyplace konsep saya siap mewujudkan janji-janji kampanye PG di kemenangan 2009-2014.

(J) : Mengapa anda tidak mencalonkan diri menjadi calon legislatif(caleg) tahun depan?

(T): Wah...saya tidak punya uang untuk itu. Meskipun MJK menekankan kampanye harus dilakukan secara rasional dan hindari politik uang namun dalam masa transisi pemberantasan korupsi tidak tegas, kemiskinan dan kriminalitas tambah banyak, suara berarti uang. Masih banyak jalur politik bisa saya tempuh untuk mensukseskan pembangunan Indonesia dengan inspirasi dari Jepang.

(T) : Sepertinya untuk berhasil anda menghadapi tantangan yang cukup berat?

(J) : O begitu ya. Saya melakukan sinergi dengan banyak pihak. Belum 2 tahun di PG saya mendapatkan kepercayaan lumayan besar. Meskipun teman-teman pers banyak yang sudah tua dan tidak eksis lagi, saya coba membuka jaringan baru. Kondisi saya masih fit untuk terus sosialisasi dan menjadi jurkam (juru kampanye) PG. Saya tetap optimis tahun 2009-2014 PG pasti menang di parlemen minimal 30 persen, kursi RI-1 dan konsep saya membangun Indonesia inspirasi dari Jepang menjadi Program Pembangunan Nasional NKRI jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang dan berkesinambungan.***


Foto:
Anni Iwasaki berfoto dengan suaminya Iwasaki Yasuhiro usai pernikahan anaknya Yudo Iwasaki pada Juni 2008

http://www.jurnalnet.com

Selanjutnya..... Selanjutnya...

16 November, 2008

Ayah Obama yang Kontroversial

Minggu, 16 November 2008 | 15:10 WIB
Simon Saragih

Di harian Inggris The Daily Mail, edisi 27 Januari 2007, muncul sebuah tulisan berjudul ”A drunk and a bigot- what the US Presidental hopeful HASN’T said about his father...”. Tulisan ini dibuat oleh Sharon Churcher di London, Rob Crilly di Nairobi (Kenya) dan Gill Pringle di Honolulu (AS).

Dalam bukunya The Dream from My Father, Obama tak menulis lebih rinci soal ayahnya. Tak seromantis isi buku Obama, ayahnya ternyata seorang pemabuk dan poligamis. Rasa ingin tahu soal ayah Obama mencuat setelah Obama sendiri menjadi bakal calon presiden AS. Kemudian ketahuan bahwa Barack Hussein mengabaikan anak dan istrinya. Obama mengatakan hidupnya diwarnai dengan cacian rasialis. Ibunya yang kulit putih dan ayahnya yang kulit hitam membuatnya terombang-ambing dalam dua warna itu.

Kenyataannya, ibu Barack Obama menceraikan Barack Hussein setelah ketahuan bahwa Barack Hussein mempunyai istri yang ditinggalkan di Kenya. Istri pertamanya sedang mengandung anak kedua saat Barack Hussein berangkat ke AS.

Menurut harian Daily Mail, Barack Hussein menikah lagi dengan wanita ketiga, yang ditemui justru saat ia masih serumah dengan ibu Barack Obama. Seorang keponakan Barack Hussein kepada harian tersebut mengatakan bahwa poligami adalah bagian dari budaya Afrika. Tak sepenuhnya benar bahwa perceraian orangtua Barack Obama semata-mata karena perbedaan warna kulit, seperti penuturan Obama.

Barack Hussein memulai hidup dengan keberuntungan karena bisa membaca dan menulis. Namun, ia juga merasakan hidup tidak adil. Ayah dari Barack Hussein, kakek Barack Obama, adalah tukang masak keluarga Inggris di Kenya. Barack Hussein dijuluki anak di keluarga Inggris tersebut.

Sang kakek mengirim Brack Hussein ke sebuah sekolah misionaris. Akan tetapi, setelah lulus sekolah, Barack Hussein tak dapat pekerjaan dan kembali ke desa beternak kambing di Nyangoma Kogela, desa terpencil dengan jalan rusak serta berbukit-bukit di Kenya Barat.

Pada usia 18 tahun, Barack Hussein menikahi Kezia. Namun, Barack Hussein tidak lebih tertarik kepada keluarganya ketimbang politik dan ekonomi. Minat besarnya ke politik membuat para pemimpin kemerdekaan Kenya memberi perhatian.

Kemudian ia didorong mendapatkan beasiswa untuk belajar ekonomi di AS dan kembali ke Kenya setelah kemerdekaan. Pada usia 23 tahun, ia menuju Universitas di Hawaii. Keluarga mengatakan dia mata keranjang dan saat di Honolulu, merayu rekan mahasiswi berusia 18 tahun. Lahirlah Barack Junior pada Agustus 1961.

Dua tahun kemudian Obama Senior harus pindah lagi karena menerima panggilan belajar di Harvard University, Cambridge. Ia pun meninggalkan Obama dan istrinya.

Saat itu Ann menjelaskan kepada Obama bahwa ayahnya harus pergi dan hidup terpisah. Beasiswa tidak mencukupi jika mereka ikut, tetapi bukan uang yang dikhawatiran. Obama Junior mengatakan, rasisme dari dua keluarga merusak perkawinan ayah dan ibunya. Di dalam bukunya, Obama mengatakan ibunya, Ann, yang dipanggil Tut, tidak menginginkan menantu kulit hitam, sementara kakek Obama di Kenya tidak menginginkan menantu kulit putih.

Nyatanya Ann menceraikan suaminya setelah ketahuan sudah menikah. Ann kemudian menikah lagi dengan pria Indonesia, Lolo Soetoro, yang kini sudah almarhum. Obama pun bercerita mengapa Obama pernah tinggal di Jakarta.

Ayah Obama kembali ke Kenya dan bertemu keluarga dengan dua anak. Ia kemudian bekerja sebagai pegawai pemerintah di pemerintahan Presiden Jomo Kenyatta. Obama Senior kemudian menikah ketiga kalinya sebelum berangkat ke Kenya. Dengan gaji yang besar, mobil mewah, istri ketiganya bernama Ruth, seorang guru kulit putih kelahiran AS, turut bersamanya ke Kenya. Ruth dikenal Obama Senior di Harvard dan menikah justru di saat Obama Senior masih terikat pernikahan dengan Kezia dan Ann. Dia juga sudah punya anak dengan Ruth.

Ruth akhirnya meninggalkan Obama Senior setelah berkali-kali mabuk yang selalu membuatnya berang dan memukuli Ruth secara brutal. Kebiasaan mabuk membuat Obama Senior akhirnya kehilangan dua kaki karena tabrakan saat mabuk dan pekerjaannya pun lenyap. Obama Senior menikah lagi dengan wanita lain dan punya anak satu lagi dan sering kembali ke rumah sembari mabuk.

Obama Senior hendak menikahi wanita ini, ketika ia mengalami kecelakaan mobil dan meninggal pada tahun 1982. Saat ini Barack Obama berusia 21 tahun. Said Hussein Obama (40), sepupu Obama, mengatakan kepada The Mail, ”Jelas, Barack Obama sangat terharu setelah mengetahui kisah ayahnya.”

”Kami meyakinkan Barack bahwa ayahnya adalah seorang yang baik namun saat itu ia sulit mencocokkan hal itu dengan kebiasaan mabuk dan perkawinan poligami,” kata Said.

”Ayahnya adalah manusia biasa dan tidak bisa diharapkan menjadi sempurna 100 persen. Sepupu saya (Obama) bingung ketika bertemu saudara-saudari dari empat ibu berbeda. Namun, sama seperti Afrika yang merasa aneh dengan kebiasaan Amerika, demikian pula Amerika bingung melihat kebiasaan Afrika,” kata Said.

Jauh dari teladan

Jauh dari figur teladan, Obama merasakan keanehan. Namun, di dalam bukunya Barack Obama menuliskan hal-hal baik soal Obama Senior. Misalnya, ia mengatakan bahwa ayahnya kehilangan pekerjaan setelah bergabung dengan kampanye menentang korupsi.

Salah satu rekan Obama Senior, yang juga sama-sama sering mabuk, Philip Ochieng Ochieng, mengatakan, kejatuhan Obama Senior adalah akibat kebiasaan buruknya. Rekan Obama Senior ini seorang penulis.

”Meski menyenangkan, murah hati dan pintar luar biasa, Obama Senior juga suka mendikte, kejam. Ia kecanduan minuman beralkohol, jatuh karena kebiasaan pulang ke rumah sembari mabuk setiap malam. Karakter buruk menunjukkan kelemahan dan menyebabkannya kehilangan pekerjaan, jatuh miskin dan semua ini makin mengacaukan kepribadiannya,” kata Ochieng.

Ochieng mengenang, setelah duduk sembari minum semalaman dengan menenggak minuman beralkohol di Hotel Stanley, terkenal di Nairobi, Obama Senior berang setiap kali Ruth bertanya dari mana saja dia semalaman.

Ochieng mengenang ucapannya kepada kerabat dekatnya itu. ”Kamu membawa jauh-jauh seorang wanita dan kamu mengacaukan hidupnya. Ini bukan cara kita.” Nasihat ini tidak mempan. Ruth akhirnya menggugat cerai setelah sebuah pemukulan brutal terulang lagi.

”Obama Senior mengalami kecelakaan parah. Kedua kakinya harus diamputasi dan diganti dengan kaki palsu dari logam. Obama Senior sangat arogan saat mengemudi, terutama ketika sedang mabuk. Saya tidak heran jika ia kecelakaan,” kata Ochieng.

Ruth menolak berkomentar soal semua itu saat ditanyai di sebuah sekolah di Kenya, tempatnya sekarang mengajar. ”Saya menikah dengan bapaknya Barack Obama selama lebih kurang tujuh tahun, ya, Anda bisa mengatakan Barack Obama adalah anak tiri saya,” kata Ruth.

”Obama Senior orang yang sulit. Meski saya menikah tujuh tahun dengannya, paling lama bertahan dari semua istrinya, namun ia bukan orang yang selalu berada di dekat saya.”
Sumber : Kompas Cetak

Selanjutnya..... Selanjutnya...

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP