Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

Showing posts with label Bisnis. Show all posts
Showing posts with label Bisnis. Show all posts

13 June, 2009

Inovasi Produk Batik Makin Berkembang

CIUMBULEUIT,(GM)-
Kreasi serta inovasi perajin batik di Indonesia makin berkembang. Hampir setiap saat, perajin melahirkan gaya dan motif baru batik Indonesia.

"Hal itu dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk menanamkan rasa cinta terhadap batik kepada kalangan generasi muda," ungkap salah seorang pengamat batik, Hj. R. Ay. Soewarti Berbudi Tjokrowinoto pada seminar batik di Maxi's Resto Bandung, Jln. Gunung Agung, Ciumbuleuit, Bandung, Rabu (10/6).

Menurutnya, salah satu contoh batik motif baru adalah label Batik Hiruyukutik. Batik ini motif Indonesia yang dipadukan dengan seni luki Jepang. "Sehingga, menghasilkan batik kreasi baru, kolaborasi Indonesia-Jepang," katanya.

Batik ini telah diinformasikan sejak beberapa waktu lalu. Pada masa mendatang, kata Soewarti, batik klasik Indonesia mungkin akan dipadukan dengan seni lukis Muangthai, Arab, dan lain-lain. "Semua itu sah-sah saja, asalkan yang asli tidak dilupakan. Sebab, batik tulis dengan motif-motif klasik merupakan aset budaya bangsa yang sangat berharga," paparnya.Dikatakan, pada awal Juni ini, UNESCO telah mengumumkan Indonesia sebagai pemilik hak paten batik klasik. Dengan demikian, UNESCO telah mengakui batik Indonesia sebagai salah satu aset dunia.

"Ini merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia dan masyarakat Indonesia. Karena itu, saya tegaskan bahwa melestarikan budaya berarti memperkokoh jati diri bangsa," ujarnya.

Nilai religius

Menurutnya, motif dan perwarnaan batik klasik atau tradisional sangat berpengaruh pada norma-norma etis dan estetis para bangsawan yang percaya adanya nilai sakral pada motif-motif batik tertentu, khususnya di keraton-keraton.

Selain itu, lanjutnya, aspek etika dan estetika batik dengan motif-motif khusus juga mengandung nilai religius dan keseimbangan mikrokosmos dan makrokosmos.

"Keseimbangan ini menyebabkan orang berperilaku hormat, menjaga diri, sopan santun, bertindak bijak, nastiti, ngati-ngati teliti, sabar dan lemah lembut, namun kuat dan teguh tara mingkuh. Itulah jati diri bangsa kita," ungkap Soewarti Berbudi Tjokrowinoto. (B.81)** (Sumber : www.klik-galamedia.com)


Selanjutnya..... Selanjutnya...

01 April, 2009

Jabar Jadi Pasar Barang Impor Ilegal

BANDUNG, (PRLM).-Krisis finansial dunia diduga menyebabkan Jawa Barat kebanjiran produk impor ilegal. Dengan jumlah penduduk yang besar, belum optimalnya penangkalan penyelundupan, dan masih lemahnya daya saing produk, membuat Jawa Barat menjadi pasar yang sangat menarik untuk para eksportir asing.

Demikian benang merah dari wawancara terpisah dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jabar, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar, dan Ketua Ikatan Eksportir Importir Indonesia. Mereka menilai kondisi tersebut harus segera diantisipasi, karena akan semakin menekan sektor produksi Jabar yang saat ini sedang menghadapi masa sulit.

"Dengan semakin banyak sektor produksi kita yang kalah oleh produk impor, ancaman peningkatan angka pengangguran dan penduduk miskin akan semakin meningkat," ujar Ketua Kadin Jabar, Agung Suryamal Sutisno, Selasa (31/3).Dikatakan, membanjirnya produk impor ke Jabar, merupakan hal yang logis. Karena dengan adanya krisis, negara-negara tujuan ekspor tradisional berkurang daya serapnya. Sehingga para eksportir dunia harus mencari pasar-pasar ekspor nontradisional, dan Jabar merupakan salah satuya yang potensial.

Untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Agung, kata kuncinya adalah meningkatkan daya saing produk. Karena dengan masuknya Indonesia dalam WTO dan dalam era perdagangan bebas saat ini, sangat sulit untuk menerapkan proteksi produk. Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang menodorong penngkatan daya saing sangat diperlukan.

"Riilnya, penurunan suku bunga, permudahan dan pemurahan perijinan usaha, pengurangan ketergantungan bahan baku, pendorongan sentimen cinta produk dalam negeri, dan hal-hal yang mendukung iklim usaha kondusif, akan menaikan daya saing produk. Jelas untuk itu perlu sinergi efektif dari berbagai pihak," katanya.

Sementara Ketua Ikatan Eksportir dan Importir Indonesia, Amalia Achyar mengatakan perlunya segera dilakukan reformasi dalam perijinan di dunia usaha. Karena banyaknya aturan yang tumpang tindih, tidak konsisten, dan memberatkan, menjadi salah satu faktor utama yang mengurangi kemampuan dunia usaha. Baik dalam hal meningkatkan daya saing produk, maupun untuk mengembangkan usaha.

"Menurut hitung-hitungan kami jika semua aturan, mulai dari Undang-Undang sampai ke Peraturan di tingkat Kota/Kab dalam kondisi agak ideal, bisa menurunkan harga-harga produk 15%-20% ," katanya. (A-135/A-190/A-50)***
(Sumber : www.pikiran-rakyat.com)


Selanjutnya..... Selanjutnya...

07 November, 2008

Parahyangan Plaza, Magnet Pengusaha Distro


Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Tak perlu bicara siapa yang memulai, entah siapa pula yang pertama kali menyuntikan. Kenyataannya industri clothing seperti virus yang mewabah. Menjadi katalisator yang gencar sebagai salah satu pintu pembuka masa depan cerah bagi para pemodal, siapapun itu.

Tengoklah Parahyangan Plaza, Jalan Dalem Kaum. Hampir 300 industri clothing memenuhi hingga lantai empat plaza. Hampir tak bisa diingat nama-nama dari setiap clothing saking banyaknya.

Cukup mencengangkan, karena tempat ini menjadi salah satu incaran para pengusaha distro di luar Bandung, bahkan seluruh Indonesia.

Mereka datang dari Bali, Jakarta, Makasar, dan wilayah lainnya di Indonesia. Memboyong produk-produk buatan Bandung yang ternyata mendapat sambutan baik dari masyarakat di luar sama.

Tahir (29) seorang pengelola distro di Makassar tengah mengambil beberapa puluh barang dari sebuah clothing di Parahyangan Plaza. Dia mengaku suka mengambil produk clothing di Parahyangan Plaza untuk dijual kembali di Makassar.

"Alhamdulillah. Masyarakat sana cukup menyukai produk-produk dari Bandung," tutur Tahir yang datang dua bulan sekali untuk mengambil barang.

Menurut Tahir, Bandung adalah barometer mode di Indonesia. Seperti kiblat maka semua orang mengikuti tren mode di Bandung termasuk tren yang disuguhkan clothing atau distro.

"Dari kualitas juga bagus ya barang-barangnya," tambah Tahir.

Ina, pengelola Rave Clothing mengatakan orang-orang yang datang ke tempat ini dari seluruh Indonesia. Bukan hanya Makassar, tapi Semarang, Surabaya, Bali, Jakarta dan lain-lain.

"Awalnya mereka datang dan membeli beberapa contoh, lalu mereka datang lagi dan membeli banyak," tutur Ina.

Misalnya untuk pembeli dari Bali bisa datang dua bulan sekali bahkan seminggu sekali. Paling sedikit para pengusaha ini membeli sebanyak 100 pieces. Untuk Rave Clothing sendiri pembeli berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Masih menurut Ina, ketika datang ke Parahyangan Plaza mereka tidak hanya membeli pada satu clothing tapi berbagai merek clothing.

"Meskipun di sini ratusan clothing tapi rezekinya merata di mana-mana," tambahnya.

Jika anda belum pernah melihat atau memiliki produk-produk clothing Parahyangan Plaza lokasinya cukup strategis yaitu di dekat alun-alun Bandung. Di sini enaknya anda bisa menawar harga.(ema/afz) Sumber : www.bandung.detik.com

Selanjutnya..... Selanjutnya...

Industri Clothing, Tak Hanya Untuk Urang Bandung


Bandung - Bandung memang jadi kiblat fashion, tapi yang ikut mencicipi keuntungan dari perkembangan fashion di Bandung bisa siapa saja. Sebagai salah satu kota tujuan para perantau, para pendatang di Parisj Van Java pun ramai-ramai membuka usaha yang tengah booming yaitu clothing.

Setelah Distro Channel di Jalan Dalem Kaum yang dominasi pengusaha dari Padang, pelaku clothing di Parahyangan Plaza pun didominasi pengusaha luar Bandung.

Seperti dituturkan pemilik Prapatan Rebel, Imam Mulyadi atau Adi (30) kebanyakan pengusaha clothing di tempat ini adalah orang Garut dan Padang.

"Orang Bandungnya hanya beberapa orang saja," tutur Adi yang mengaku warga asli Bandung.

Hal tersebut diakui Ina pengelola Rave Clothing kalau pengusaha clothing didominasi oleh pengusaha Garut dan Padang. "Ya, banyaknya orang Garut," tutur Ina yang juga berasal dari Garut.

Menurut Budi, salah seorang karyawan yang sejak dulu bekerja di Parahyangan Plaza dulu Parahyangan Plaza tak seramai ini. Bahkan sempat akan bangkrut.

"Awalnya hanya tempat menjual produk-produk skate, surfing atau aksesoris," terang Budi. Sekitar tahun 2000 satu per satu clothing pun bermunculan dan hingga kini sudah memenuhi hampir seluruh lantai.

Diungkapkan Budi, clothing yang ada di Parahyangan Plaza memang lebih menekankan pada sisi bisnis daripada idealis.

Alhasil, tempat ini bisa menyedot pembeli dari berbagai daerah di Indonesia. Para pengusaha daerah ikut kecipratan untung karena masyarakat daerah cukup antusias dengan produk-produk clothing Bandung termasuk dari Parahyangan.(ema/afz) Sumber : www.bandung.detik.com

Selanjutnya..... Selanjutnya...

06 November, 2008

Achmad Kosasih, S.I.P Achmad, "Bisa Menyerap Tenaga Kerja"

MUSPIKA Kec. Cimenyan, Kab. Bandung, menilai budi daya ulat sutra yang sedang dikembangkan Pusat Pelatihan Sutera Alam Padepokan Dayang Sumbi di Desa Mekarmanik sangat potensial. Pasalnya, selain dapat menyerap tenaga kerja, secara ekonomis juga sangat menguntungkan warga setempat. "Budi daya ulat sutra memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Sebab, peluang bisnisnya sangat menguntungkan. Karena itu, dalam proses pengembangannya pun harus dibicarakan dengan yang punya lokasi budi daya ulat sutra tersebut, apakah pemiliknya siap untuk dikembangkan," kata Camat Cimenyan, Achmad Kosasih, S.I.P. melalui Sekretaris Kec. Cimenyan, M. Qudrat W. kepada "GM" di ruang kerjanya di Cimenyan, Selasa (4/11).

Selain menguntungkan, jelasnya, juga bisa mendidik warga setempat untuk mempelajari budi daya ulat sutra. Dimulai dari pengadaan telur hingga menjadi sebuah kain atau hiasan rumah. Karena itu, lokasi pengembangan ulat sutra pada lahan seluas 2 hektar tersebut bisa ditindaklanjuti dan ditiru warga lain.

Keadaan alam, cuaca serta tanah yang ada di wilayah itu pun sangat mendukung budi daya ulat sutra. "Apalagi budi daya ulat sutra hingga dikembangkan menjadi kain, bisa digunakan untuk kebutuhan sandang warga sekitar serta bisa dikatakan barang langka," ungkapnya.

Ia menambahkan, di Kab. Bandung khususnya, budi daya ulat sutra selain hanya dikembangkan di Kec. Cimenyan, juga baru ada di Kec. Ciwidey. Jadi, untuk pasar pengembangan produksi kain sutra sangat terbuka luas. Namun dalam proses pengembangannya, kata Achmad, membutuhkan lahan cukup luas. Hal itu untuk melakukan penanaman tanaman murbei. Pasalnya, kebutuhan daun murbei untuk makanan ulat sutra sangat banyak, disesuaikan dengan usia dan besaran ulat.

Untuk budi daya ulat sutra bisa dikatakan masih banyak lahan kosong. Karena itu, pengembangannya bisa dilakukan oleh masyarakat. Jadi, tanah yang tidak produktif bisa dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian ini. Meski begitu, masih ada kendala lahan yang cukup luas. Misalnya untuk setiap satu boks ulat sutra dengan isi 25.000 telur, membutuhkan lahan 3/4 ha. Di areal seluas itu, dalam kurun waktu tiga bulan sekali bisa panen. Tapi bila ingin meningkatkan produktivitas, dibutuhkan lahan murbei seluas 2 ha sehingga setiap bulannya bisa panen. Karena memasuki usia 30 hari, ulat sutra yang mencapai 25.000 itu membutuhkan 18 karung daun murbei (17 kg/karung) dalam sehari.

Petani tidak hanya bisa menjual dalam bentuk kain setengah jadi atau sudah jadi, tapi juga bisa dikembangkan dalam bentuk kokon yang dikirim ke sejumlah pabrik kain sutra. Misalnya dikirim ke Tasikmalaya. (engkos kosasih/"GM")** (www.klik-galamedia.com)

Selanjutnya..... Selanjutnya...

Achmad, "Bisa Menyerap Tenaga Kerja"

MUSPIKA Kec. Cimenyan, Kab. Bandung, menilai budi daya ulat sutra yang sedang dikembangkan Pusat Pelatihan Sutera Alam Padepokan Dayang Sumbi di Desa Mekarmanik sangat potensial. Pasalnya, selain dapat menyerap tenaga kerja, secara ekonomis juga sangat menguntungkan warga setempat. "Budi daya ulat sutra memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Sebab, peluang bisnisnya sangat menguntungkan. Karena itu, dalam proses pengembangannya pun harus dibicarakan dengan yang punya lokasi budi daya ulat sutra tersebut, apakah pemiliknya siap untuk dikembangkan," kata Camat Cimenyan, Achmad Kosasih, S.I.P. melalui Sekretaris Kec. Cimenyan, M. Qudrat W. kepada "GM" di ruang kerjanya di Cimenyan, Selasa (4/11).

Selain menguntungkan, jelasnya, juga bisa mendidik warga setempat untuk mempelajari budi daya ulat sutra. Dimulai dari pengadaan telur hingga menjadi sebuah kain atau hiasan rumah. Karena itu, lokasi pengembangan ulat sutra pada lahan seluas 2 hektar tersebut bisa ditindaklanjuti dan ditiru warga lain.

Keadaan alam, cuaca serta tanah yang ada di wilayah itu pun sangat mendukung budi daya ulat sutra. "Apalagi budi daya ulat sutra hingga dikembangkan menjadi kain, bisa digunakan untuk kebutuhan sandang warga sekitar serta bisa dikatakan barang langka," ungkapnya.

Ia menambahkan, di Kab. Bandung khususnya, budi daya ulat sutra selain hanya dikembangkan di Kec. Cimenyan, juga baru ada di Kec. Ciwidey. Jadi, untuk pasar pengembangan produksi kain sutra sangat terbuka luas. Namun dalam proses pengembangannya, kata Achmad, membutuhkan lahan cukup luas. Hal itu untuk melakukan penanaman tanaman murbei. Pasalnya, kebutuhan daun murbei untuk makanan ulat sutra sangat banyak, disesuaikan dengan usia dan besaran ulat.

Untuk budi daya ulat sutra bisa dikatakan masih banyak lahan kosong. Karena itu, pengembangannya bisa dilakukan oleh masyarakat. Jadi, tanah yang tidak produktif bisa dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian ini. Meski begitu, masih ada kendala lahan yang cukup luas. Misalnya untuk setiap satu boks ulat sutra dengan isi 25.000 telur, membutuhkan lahan 3/4 ha. Di areal seluas itu, dalam kurun waktu tiga bulan sekali bisa panen. Tapi bila ingin meningkatkan produktivitas, dibutuhkan lahan murbei seluas 2 ha sehingga setiap bulannya bisa panen. Karena memasuki usia 30 hari, ulat sutra yang mencapai 25.000 itu membutuhkan 18 karung daun murbei (17 kg/karung) dalam sehari.

Petani tidak hanya bisa menjual dalam bentuk kain setengah jadi atau sudah jadi, tapi juga bisa dikembangkan dalam bentuk kokon yang dikirim ke sejumlah pabrik kain sutra. Misalnya dikirim ke Tasikmalaya. (engkos kosasih/"GM")** Sumber (www.klik-galamedia.com)

Selanjutnya..... Selanjutnya...

Kembangkan Budi Daya Ulat Sutra

SEDIKITNYA 24 pekerja di Pusat Pelatihan Sutera Alam Padepokan Dayang Sumbi Kp. Pamoyanan RT 02/RW 01 Desa Mekarmanik, Kec. Cimenyan, Kab. Bandung tengah melakukan budi daya ulat sutra. Selain bisa mendongkrak kehidupan ekonomi warga, lokasi budi daya ulat sutra itu juga bisa dijadikan sebagai objek wisata ilmu.

Tim Presentasi Pusat Pelatihan Sutra Alam Padepokan Dayang Sumbi, Ai Aisyah mengatakan, sejak tiga tahun lalu lokasi padepokannya kerap dikunjungi para pelajar, mulai dari tingkat siswa taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Dikatakannya, budi daya ulat sutra yang sudah dikembangkan sejak 14 tahun lalu itu dikembangkan Wibowo. Namun, pengolahannya dipercayakan kepada Ny. Euis dkk.

Menurutnya, para pelajar tersebut bermaksud mempelajari proses budi daya ulat sutra, dari mulai proses telur hingga sudah dalam bentuk kain. Apalagi di lokasi tersebut merupakan satu-satunya pengembangan keilmuan budi daya ulat sutra yang didukung dengan fasilitas dan peralatan penunjangnya. Yaitu mulai dari mempelajari dalam bentuk telur hingga menjadi kain sutra. Di lokasi tersebut disediakan slide protector untuk mempelajari pertumbuhan ulat sutra. Selain itu, disediakan pula lahan seluas 2 hektare berikut tanaman pohon murbei dan proses pembuatan benang hingga menjadi kain sutra.

Pemiliknya juga melengkapi sejumlah peralatan alat tenun bukan mesin (ATBM) untuk membuat kain hingga diproses menjadi benang. ATBM untuk belajar membuat kain dengan benang sebanyak 3.000 helai, hingga digunakan untuk membuat kain yang dipekerjakan profesional.

Selain dijadikan pusat pendidikan, di lokasi tersebut juga sedang dikembangkan ke arah perekonomian. Hal itu bisa dilihat di sebuah ruangan yang disediakan sejumlah kain dengan harga jual ratusan ribu rupiah. Bahkan, nilai jual kain sutra itu bisa dipasarkan antara Rp 90.000-Rp 100.000/meter, bergantung pada kualitas dan coraknya.

Menurut Ai Aisyah, sebelum mengeluarkan serat, ulat sutra tersebut melewati proses pertumbuhan yang terbagi ke dalam lima instar. Ketika melewati instar I-III, ulat tersebut membutuhkan waktu makan selama tiga hari dan tidur dua hari. Menginjak instar IV, selama empat hari melewati masa makan dan dua hari tidur. Setelah itu memasuki instar V atau memasuki ulat dewasa. Setelah melewati proses perawatan delapan hari di saat ulat dewasa, ulat sutra mulai mengeluarkan serat dan membentuk sebuah kepompong (kokon) dengan bagian ulatnya ada di dalam kepompong tersebut.

Proses pembuatan kepompong sampai bulat selama dua hari satu malam, dari delapan hari masa instar V yang mencapai usia 29 hari. Tapi, ulat yang ada dalam kepompong dipisahkan dalam sebuah tempat yang dinamakan seri print tersebut masih hidup di dalamnya. Dari kepompong tersebut akan keluar kupu-kupu, sedangkan kokonnya dipanen dan langsung direbus untuk mengeluarkan serat. Karena pada bagian kokon tersebut ada sebuah zat perekat.

Setelah direbus selama 5-10 menit, pada bagian kokon terdapat sebuah ujung serat yang bisa ditarik untuk dibentuk menjadi benang. Setiap satu kokon/rumah ulat tersebut bisa menghasilkan benang sedikitnya sepanjang 1.600 meter. Tetapi untuk menghasilkan benang pada setiap kokon, bergantung pada ras ulatnya itu sendiri. Karena ulat terbagi dua ras, yakni ras Jepang dan Cina.

Ras Jepang dengan ciri-ciri ada dua bintik hitam di pundak bagian tubuhnya, sedangkan ras Cina polos atau putih. "Ras Cina lebih bagus, kecil, dan padat dan bisa menghasilkan benang mencapai lebih dari 2.000 meter. Sedangkan yang 1.600 meter itu adalah ras Jepang," katanya.

Kerja sama

Sementara itu, ulat yang keluar dari kepompong melewati proses perkawinan massal selama delapan jam untuk menghasilkan sebuah telur. Diusahakan dalam perkawinan itu tidak boleh kurang atau lebih dari delapan jam. Karena ada pengurangan dari proses perkawinan, kualitas telur jelek dan tidak menetas menjadi kupu-kupu.

Setiap seekor ulat bisa menghasilkan antara 500 butir telur dengan ukuran rata-rata 2-3 mm. Setelah bertelur, tiga hari kemudian kupu-kupu tersebut mati. Namun, selama ini untuk mendapatkan telur ulat sutra, pusat pelatihan ini masih bekerja sama dengan pemerintah. "Telur ulat sutranya masih didatangkan dari Jawa Tengah dan Sulawesi. Setiap boknya itu berisi rata-rata 25.000 butir," jelasnya.

Kerja sama dilakukan karena dalam proses membentuk sebuah telur ulat sutra tersebut rawan timbulnya penyakit febrian yang dapat menimbulkan kematian pada komunitas ulat. (engkos kosasih/"GM")** Sumber (www.klik-galamedia.com)

Selanjutnya..... Selanjutnya...

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP