Gara-gara Minyak Tanah dan Gas Langka
PADALARANG, (GM).-Ratusan ibu rumah tangga warga Desa Kertajaya, Kec. Padalarang, dan Desa Margajaya, Kec. Ngamprah, Kab. Bandung Barat, Senin (1/9) sekitar pukul 11.00 WIB, mendatangi Depot Padalarang PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung. Dengan menjinjing jeriken kosong, mereka menuntut adanya operasi pasar (OP) minyak tanah di sekitar tempat tinggalnya.Aksi yang dilakukan para ibu ini dilakukan secara spontan. Pasalnya, tidak ada surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian sehingga aksi demo tersebut tanpa pengawalan petugas keamanan.Begitu memasuki halaman parkir Depot Padalarang, secara serentak ibu-ibu yang di antaranya ada yang menggendong bayi bergerak ke arah pintu gerbang utama tempat pengisian bahan bakar. Namun tepat di depan pintu gerbang dicegat petugas keamanan.Gagal menerobos pintu gerbang utama, para demonstran akhirnya memilih duduk di depan pintu gerbang. Berbagai cemoohan dan keluhan diteriakkan para ibu. Akibatnya, truk tangki tertahan di lapangan parkir.Salah seorang demonstran, Mintarsih (58), warga RT 04/RW 12 Desa Kertajaya, Kec. Padalarang mengatakan, aksi demo yang dilakukan ibu-ibu tanpa ada perencanaan. Langkah demo terpaksa dilakukan, karena minyak tanah dan gas tidak ada."Sudah minyak tanah tidak ada, gas pun sulit didapat. Padahal sekarang ini hari pertama puasa, saya butuh bahan bakar untuk masak sahur dan buka puasa," kata Mintarsih.Kekesalan juga ditunjukan Nasiti (65), warga Kp. Caringin RT 01/RW 03 Desa Margajaya, Kec. Ngamprah. Harga minyak tanah berkisar Rp 8.000/liter sampai Rp 8.500/liter, sementara LPG ukuran 3 kilogram Rp 14.000/tabung sampai Rp 15.000/tabung."Minyak tanah sulit didapat, kalaupun ada bisa sampai Rp 8.500/liter. Begitu pun dengan gas, jarang sekali ada," keluh Nasiti sambil menenteng dua buah jeriken kosong.Para demonstran ini meminta pimpinan Depot Padalarang PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung, untuk bersedia dialog. Setelah hampir 20 menit melakukan orasi di depan pintu gerbang utama, akhirnya pihak manajemen Pertamina keluar untuk menemui demonstran.Bukan wewenang PertaminaKepala PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III, Depot Padalarang, Dede Sulaeman di hadapan para ibu mengatakan, kebijakan menghapus minyak tanah bukan kebijakan Pertamina namun sebuah kebijakan pemerintah. Pihak Pertamina hanyalah pelaksana dari sebuah kebijakan pemerintah."Salah bila pertamina didemo, mestinya jika ada keberatan salurkan melalui dewan ataupun bupati," kata Dede Sulaeman. Situasi sedikit memanas, setelah ibu-ibu mendesak pertamina untuk melakukan pengisian minyak tanah ke jeriken yang dibawa. Aspirasi yang disampaikan dijawab Dede Sulaeman, pengisian bahan bakar kedalam jerigen tidak diperkenankan. Sesuai aturan Pertamina hanya mendistribusikan minyak tanah ke agen, tidak bisa langsung kepada masyarakat. Kecewa atas jawaban itu, sambil mengacung-ngacungkan uang Rp 50.000-an, para ibu ini tetap meminta jeriken yang dibawa diisi. "Saya siap bayar kok, tidak minta gratisan," teriak seorang ibu.Karena tidak ada titik temu, tiga orang perwakilan demonstran diterima manajemen pertamina dalam satu ruangan yang disaksikan anggota polisi. Dede mengatakan, OP minyak tanah bisa dilakukan asal ada permohonan dari masyarakat melalui RT, RW, dan aparat pemerintahan desa setempat. "Jika memang OP minyak tanah maunya hari ini (kemarin, red), Pertamina siap membantu. Tapi tolong mekanismenya harus ditempuh," kata Dede.Setelah mendapat penjelasan dari pihak pertamina, para demonstran ini membubarkan diri. Mereka mengancam akan kembali lagi, jika janji pertamina untuk melakukan OP tidak dipenuhi. (B.104)** Sumber : www.klik-gatra.com

0 comments:
Post a Comment