Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

03 September, 2008

PEMUDA TUNANETRA JADI KOMPOSER MUSIK GAMES JEPANG

PEMUDA TUNANETRA JADI KOMPOSER MUSIK GAMES JEPANG

Media: Majalah Kartini No. 2218 15-29 Mei 2008Penulis: FebraldiDibacakan Oleh: Firman (BSI)Ditulis Ulang Oleh: Eko Ramaditya Adikara
"Semula dunia terasa hampa buat Eko Ramaditya Adikara (26). Kebutaan permanen sejak lahir membuatnya harus menerima kenyataan dirinya berbeda dengan anak-anak lain. Tapi Eko tak menyerah. Terbukti hidupnya kini berubah terang benderang. Prestasipun berhasil diukirnya. Selain sebagai jurnalis dan I.T. Support, musik gubahannya digunakan sebagai lagu tema permainan komputer ternama di Jepang."
Sekilas tidak ada yang berbeda dari sosok Eko Ramaditya Adikara atau biasa disapa Rama. Layaknya pemuda normal, gerak tubuhnya sangat aktif dan teramat supel. Tapi siapa sangka pria bertubuh kurus ini mempunyai kelemahan pada indera penglihatannya. Ya, sejak dilahirkan ia telah mengalami keterbatasan penglihatan. Saat ditemui Kartini di rumahnya di bilangan Jatibening, Bekasi, ia berjalan dengan merambat menggunakan tangannya yang lincah meraba tembok ruangan.
Satu-satunya lokasi di rumahnya yang membuat Rama nyaman melangkah adalah tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai atas. Bahkan setengah berlari tanpa berpegangan, ia bisa menapaki satu-persatu anak tangga. Tak heran memang. Karena setiap hari ia terbiasa naik turun tangga yang menghubungkannya ke kamar dan ruang kerjanya di lantai atas.
*JADI KOMPOSER MUSIK GAME JEPANG*
Di ruang berukuran 5x6 meter lantai atas itulah Rama menghasilkan banyak karya. Teman setianya adalah sebuah komputer berkapasitas hard disk 750 GB yang terletak di pojok ruangan. Dengan bantuan sebuah perangkat lunak pembaca layar, setiap hari minimal 5 jam ia berkutat dengan komputer tersebut. Mulai dari membuat artikel perkembangan teknologi atau ulasan permainan komputer terbaru, hingga membuat lagu tema untuk permainin.
"Saya menulis untuk beberapa media, seperti DetikINET, HotGame, dan Mobile Magazine," papar Rama. Profesi jurnalis dilakukannya sebagai pekerja lepas dengan rutin menyetor tulisan.
Begitupun sebagai komposer lagu tema permainan komputer, sudah tak terhitung lagi karya yang ia lahirkan. Dari berbagai hasil lagu ciptaannya tersebut, tiga buah di antaranya dipakai untuk tema lagu permainan Final Fantasy VII, sebuah permainan buatan Jepang yang sangat populer di kalangan pecinta games komputer.
Sebagai komposer yang bisa menembus permainan Jepang, Rama tergolong hebat. Pasalnya, sangat jarang ada orang luar negeri Sakura yang bisa menembus lagu tema permainan komputer disana. Adalah Nobuo Uematsu, seorang komposer terkenal asal negeri Sakura yang memberinya jalan. Lantaran kagum pada karya musik yang diciptakan Rama, Uematsu kemudian memintanya membuat karya lainnya. "Dia meminta saya membuat dua lagu lain. Ternyata ketiga lagu tersebut dipakai pada permainan komputer tersebut," ujarnya.
Dengan keterbatasan yang dimilikinya, Rama sudah membuktikan, meski tunanetra ia bisa berprestasi. Pencapaian yang diraihnya saat ini sudah melebihi kemampuan orang normal sekalipun. Meski tunanetra ia berhasil berkiprah di tingkat dunia. Pria yang tergabung dalam Yayasan Mitra Netra ini juga telah menelurkan sebuah novel fiksi yang dapat diakses bebas melalui http://www.ramaditya.com/novelrama.zip.
*PUNYA PENGHASILAN BESAR*
Sekarang ini bisa dikatakan Rama hidup mandiri. Penghasilannya sebagai jurnalis di berbagai media cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Selain itu, ia juga sangat mahir membuat website. Keahlian tersebut acap kali dipakai para pengusaha yang ingin mendapatkan jasa pembuatan website dengan biaya murah.
"Kalau normalnya bisa sekitar 10 juta, kalau sama saya hanya 6 juta saja. Selain itu saya memang senang menolong orang yang membutuhkan bantuan seperti ini," jelasi pria kelahiran 3 Februari 1981 tersebut.
Tidak hanya itu, belum lama ini Rama juga menerima job dari sebuah perusahaan restoran berkonsep multi level marketing. Disana ia bekerja sebagai I.T. Support. Di perusahaan ini, Rama bekerja 3 hari dalam seminggu, Senin, Rabu, dan Jum'at. Untuk itu ia rela menempuh jarak cukup jauh dari rumahnya di daerah Jatibening menuju kantor barunya di Pasar Minggu.
Pendapatan lain yang tidak kalah besar adalah pemberian royalti dari lagu tema ciptaannya di games Final Fantasy VII. Dari sini ia berhasil menambah pundi-pundi tabungannya. Sayang Rama tidak mau mengungkapkan berapa besar penghasilannya tiap bulan. "Ya, cukuplah buat kebutuhan sehari-hari, jajan, traktir teman, dan nakal-nakalan," ucapnya sambil tertawa. Yang jelas, pria yang taat beribadah ini menghabiskan uang untuk pengeluaran rutin tiap bulan yang cukup besar. Pulsa handphone setidaknya 500 ribu rupiah, pembayaran langganan internet 400 ribu rupiah, dan pembayaran rutin untuk biaya pengadaan website pribadinya sebesar 1,5 juta rupiah.
*LEBIH SENANG NAIK ANGKOT*
Tidak dapat dipungkiri, dengan penghasilan yang sekarang Rama bisa saja hidup enak. "Saya bisa kok membayar supir untuk mengantar saya ke manapun pakai kendaraan pribadi," katanya. Tapi nyatanya hal itu tidak dilakukannya karena dia lebih senang naik angkot. "Kalau naik angkot saya bisa ketemu banyak orang," imbuhnya.
Rama memang terbiasa hidup mandiri sejak kecil. Meski mengalami keterbatasan ia tidak pernah mendapat perlakuan istimewa dari orangtua, adik, maupun keluarga besarnya. Naik kendaraan umum sudah menjadi 'makanan' sehari-hari bila bepergian ke luar rumah.
Satu kenangan berkesan saat naik kendaraan umum pernah dialaminya semasa di bangku SMA. "Saya jatuh karena supirnya ingin buru-buru. Setelah supirnya tahu saya buta, ia merasa sangat bersalah. Saya dikasih uang 50 ribu. Waktu SMA jumlah segitu besar sekali," ceritanya sambil tertawa.
Atau, ada kenangan lain yang menjadi pelajaran penting dalam hidupnya. "Saya dan seorang teman naik angkot dan bilang kalau mau turun di suatu tempat. Ternyata supirnya lupa sehingga lokasi tujuannya terlewat jauh," jelasnya. Ia dan temannya pun marah-marah pada sang supir.
"Saking kesalnya setelah adu mulut, saya dan teman tergesa menjauh. Ternyata teman saya nabrak tiang listrik. Sudah sakit, malu pula," tambahnya mengenang.
Dari sanalah ia menyadari kekurangannya sebagai tunanetra. Sebisa-bisa ia memaklumi apa yang mungkin terjadi dengan kondisinya tersebut. "Tapi saya berusaha hidup senormal mungkin. Kalau mendapat perlakuan tidak biasa karena buta, ya dianggap biasa saja," paparnya.
*SUKA KOMPUTER SEJAK KECIL*
Komputer dan teknologi seolah sudah menjadi bagian hidup dari putera sulung Rahadi dan Emmy ini. Semua berawal dari hobbynya pada permainan Atari saat usianya 6 tahun. Menurutnya suara yang dihasilkan dari permainan tersebut sangat menggelikan pendengarannya. "Seolah terimajinasi, saya lalu membayangkan bagaimana permainan tersebut dengan mata batin tentunya," ujarnya.
Lantaran tak mampu melihat, mulanya ia menganggap komputer sebagai permainannya. "Saat itu pengertian saya antara Atari dan komputer masih sangat bias," ujar Rama. Karena menyebut Atari sebagai komputer, ia pun bercita-cita menjadi ahli komputer. "Padahal saya sebenarnya ingin menjadi ahli permainan yang ada di Atari," ujarnya geli.
Baru pada usia 7 tahun Rama mulai mengenal komputer. "Waktu itu saya tinggal di asrama. Setiap hari Sabtu ayah menjemput ke sekolah dan saya dibawa ke kantor," kisahnya. Dari situ ia mengenal permainan komputer berbasis DOS, dimana permainan masih menggunakan disket. Selain itu ia juga mulai mengetahui program pengolah kata seperti WordStar, kemudian pengolah data Lotus.
Sang ayah, Rahadi Sudarsono pun tak pernah menyangka komputer bisa menjadi pembuka jalan bagi kesuksesan anaknya. "Saya tidak mau bangga karena takut takabur. Tapi saya bersyukur dia bisa sukses seperti sekarang," ujarnya. "Dari dulu saya sengaja memperlakukan Rama senormal mungkin. Saya tidak pernah membedakan perlakuan antara Rama dan adiknya," paparnya. Hukuman yang sama pun akan diberikannya pada Rama dan adiknya jika melakukan kesalahan.
"Kalau dia nakal atau tidak disiplin bukan tidak mungkin saya pukul," tutur Rahadi. Begitu pula dengan keputusan memasukkan Rama ke asrama sejak SD hingga SMA. Semua itu dilakukan demi satu tujuan, anaknya bisa hidup mandiri meskipun tunanetra.
"Dulu saya hanya berpikir bagaimana caranya agar Rama tidak menjadi tukang pijat. Orang buta kan identik dengan pekerjaan itu," seru Rahadi.
Memperlakukan Rama seperti anak normal bukanlah perkara mudah. Tak jarang ia harus berseberangan dengan keinginan sang isteri, Emmy Darwati. "Kalau ibunya ingin memanjakan Rama. Mungkin karena wanita lebih main di perasaan sedangkan saya ingin bersikap tegas terhadap anak, meskipun ia tidak normal. Tapi bukan berarti hati saya keras. Itu hanya upaya supaya Rama bisa mandiri," cetusnya.
Sebagai contoh, dahulu Rahadi sempat tidak setuju saat Rama keranjingan permainan komputer. "Semua buku dan majalah yang ada sempat saya bakar," tuturnya. Tapi ternyata hal tersebut tidak sejalan dengan sang isteri yang terus membelikan Rama buku dan majalah kegemaran anaknya itu. Tapi ternyata memang itu jalannya, karena terbukti Rama sukses mengoperasikan komputer.
*SELALU DITOLAK SAAT MASUK SEKOLAH*
Bila mengingat masa-masa lalu, sesungguhnya Rama telah melalui masa yang cukup berat. Apalagi untuk menempuh pendidikan terbaik guna meraih masa depannya. Nyatanya penolakan selalu diterimanya saat awal-awal memilih sekolah. Seperti sekolah dasarnya di SLB/A Pembina Tingkat Nasional di bilangan Lebak Bulus. Ia bersikeras tinggal di asrama lantaran lokasi rumahnya yang sangat jauh. Selepas SLB, ia masuk ke sekolah umum di SMP Negeri 226 dan melanjutkan ke Madrasah Aliyan Negeri 11 Jakarta sampai menyelesaikan S1-nya di Universitas Darma Persada.
Dari ketiga pendidikan umum yang diambil awalnya Rama selalu mendapat penolakan. Alasannya pihak sekolah tidak bisa memberi fasilitas bagi penyandang tunanetra seperti dirinya. "Waktu mau masuk SMP saya sampai harus datang ke Dinas Pendidikan untuk meminta rekomendasi ke kepala dinasnya. Bahkan saya berbohong dengan mengatakan Rama bisa melihat sejauh 3 meter. Padahal sih cuma 3 mm," kenang Rahadi yang mendapat perlakuan yang sama saat Rama masuk SMA.
"Sedangkan saat masuk Sastra Inggris di Darma Persada, uang yang sudah dibayar mau dikembalikan lagi karena tahu saya buta," ujar Rama.
Mendapat situasi seperti itu, Rahadi langsung membawa Rama ke ketua jurusan dan menyuruhnya berbicara bahasa Inggris pada ketua jurusan tersebut. Segala upaya yang dilakukan Rahadi dan Emmy memang pantas diacungi jempol. Berkat peran mereka, si sulung akhirnya bisa sesukses sekarang. Tentu saja Rama tak bisa melupakan jasa kedua orangtuanya itu. Rama masih ingat betul saat ia belum mengenal program membaca layar komputer, sang ayah harus merekam semua buku pelajaran sekolahnya.
"Di rekaman itu saya bisa mendengar bapak sampai terbatuk-batuk atau bersin karena kecapaian," ujar Rama.
"Ya, saya sampai harus begadang untuk merekam itu semua," tambah Rahadi.
Rahadi mengaku keberhasilan anaknya bukan semata-mata perannya dan isteri. "Semua yang diraih Rama memang tergantung peran orangtua. Mungkin pengaruhnya mencapai 80%," ujar Rahadi seraya menjelaskan bahwa orangtua yang ia maksud selain dirinya dan isteri, juga guru dan dosen Rama. Untuk itu Rahadi juga mengucapkan terima kasih kepada semua guru dan dosen yang pernah mengajar Rama selama ini.
Saat ini sebagai orangtua harapan Rahadi tidak muluk-muluk. Ia hanya ingin Rama bisa sukses dalam karir dan kehidupannya.
"Cuma kalau bisa kuliahnya di Sastra Inggris diselesaikan dulu. Soalnya karena bekerja, sampai sekarang skripsinya belum selesai," paparnya. "Bukannya apa-apa, saya cuma ingin Rama menyelesaikan apa yang dulu dimasukinya dengan susah payah. Bila selesai itu kan jadi kebanggaan bagi orangtua dan pihak kampus."
Rama sendiri mengakui kalau saat ini ia tengah menjalin kasih dengan wanita bernama Yulia. "Saya bertemu dia di Messenger karena sama-sama hobby film animasi Jepang," ujar Rama. Sampai sekarang wanita yang dipanggilnya Kagome itu selalu mendampinginya kemanapun. Entah saat jalan atau sekedar membaca buku. "Yang pasti dia pacar yang pas buat saya," tambahnya malu-malu.
-Febraldi- sumber : http://ramaditya.multiply.com/journal/item/32Kartini No. 2218 - 15 s/d 29 Mei 2008.

1 comments:

Anonymous,  April 26, 2010 at 4:08 PM  

mari ber invest

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP