Gubernur Prihatin Ketahanan Pangan
CIHAMPELAS,(GM)-
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi ketahanan pangan saat ini. Hal itu ditandai dengan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap produk dalam negeri dan tingginya dominasi produk impor.
Pernyataan Heryawan disampaikan pada acara "Festival Keanekaragaman Makanan Khas Jawa Barat 2009" di Cihampelas Walk, Jln. Cihampelas Bandung, Jumat (26/6). Menurut Heryawan, sampai saat ini produk impor masih mendominasi, contohnya kedelai yang pasokan impornya mencapai 78%. Begitu juga dengan jagung yang 55% masih produk impor dan tepung terigu yang hampir 95% produk impor.
"Tanpa kita sadari kita masih memiliki ketergantungan pada produk impor. Oleh karena itu kita perlu memiliki kesadaran yang tinggi untuk kembali pada potensi yang kita miliki. Ternyata di negeri ini, khususnya Jawa Barat banyak bahan pangan yang dapat kita kembangkan. Bahkan hal itu bisa mengganti ketergantungan kita terhadap bahan pangan impor luar negeri," jelasnya. Heryawan mengimbau kepada masyarakat supaya memiliki kesadaran terhadap potensi pangan yang ada di Jawa Barat. Selain itu, pengembangan kreativitas dan inovasi produk perl dilakukan secara mendalam. "Provinsi Jawa Barat sebetulnya memiliki potensi pangan yang cukup besar untuk diolah. Tapi hal itu tentu saja memerlukan kreativitas dan inovasi yang tinggi untuk menggalinya, sehingga produk yang kita tawarkan pun bisa menjadi berdaya saing," katanya.
Bahan baku pangan yang melimpah di Jawa Barat, lanjutnya, perlu dikemas sehingga dari sisi tampilan, kemasan maupun kualitasnya memiliki daya saing. "Lihat saja Starbucks, kopinya itu berasal dari Ciamis dan bukan dari luar negeri. Tapi melalui sentuhan inovasi, satu cangkirnya bisa mencapai Rp 40.000 hingga Rp 100.000. Itulah pentingnya kreasi dan inovasi," jelasnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjutnya, perlu dukungan dari semua pihak, baik dari akademisi, seniman, regulasi maupun lainnya. Sehingga hal itu bisa menjadikan tampilan dan cita rasa produk pun bisa memiliki daya saing yang cukup tinggi. "Banyak hal yang perlu dikaji dalam pengembangan produk makanan di Jawa Barat ini. Terutama dari sisi tampilan, cita rasa, dan brand image, karena hal itulah yang sangat penting dalam pengembangan sebuah produk," katanya.
Namun yang jelas, lanjut Heryawan, keberpihakan regulasi pun cukup menentukan pengembangan tersebut. Dalam hal itu regulasi yang baik, dapat mengurangi pasokan impor bahan pangan serta memberikan kemudahan untuk produk dalam negeri. Sehingga hal itu bisa membuat produk dalam negeri bisa berdaya saing dengan produk luar negeri lainnya.
Dukung wisata kuliner
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Heryawan menyatakan dukungan Pemprov Jawa Barat terhadap pengembangan wisata kuliner Jawa Barat. Menurutnya, Jawa Barat merupakan provinsi tujuan wisata ketiga setelah Bali dan Jakarta. Posisi tujuan wisata tersebut di antaranya ditunjang oleh potensi wisata kuliner yang memiliki kekhasan tersendiri, baik makanan maupun minumannya.
"Pemerintah daerah akan terus mendorong para pelaku industri pengolahan pangan. Selain mampu mendorong laju perekonomian, juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Heryawan mengatakan, sampai saat ini sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang didukung pariwisata masih menjadi salah satu sektor unggulan perekonomian Jawa Barat. Hal itu dibuktikan dengan kontribusi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) tahun 2008 sebesar 14,90%. Sedangkan kontribusi terbesar diberikan sektor industri pengolahan sebesar 35,40%. Kondisi itu mendorong laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat sebesar 5,90%. (B.99/B.83/ eri. job)** (Sumber : www.klik-galamedia.com)

0 comments:
Post a Comment