Staf Khusus Presiden Mayjen (Purn) H. M. Djali Yusuf : Keikhlasan dan Kebersamaan Modal Terbesar
Oleh James P. Pardede Saat pelantikan pengurus organisasi kemasyarakatan dan relawan pendukung Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) “Indonesia Bisa” di Medan beberapa waktu, Analisa berkesempatan untuk berbincang-bincang secara khusus dengan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Mayjen (Purn) H.M. Djali Yusuf tentang beberapa hal yang terkait dengan karirnya bersama SBY dan agenda Pemilihan Presiden (Pilpres) 8 Juli mendatang. Sejak kapan mulai dekat dengan SBY dan bekerjasama dengan SBY ?
Mulai dekat dengan SBY sejak menjabat Pangdam Iskandar Muda (IM) tahun 2002 di Banda Aceh, dimana pada sebuah pertemuan ternyata SBY memiliki satu konsep yang sama dengan saya dalam penyelesaian Aceh. Dua tahun menjadi Pangdam IM, saya ditarik kembali dan menjadi Koordinator Staf Ahli Panglima TNI dan tetap berhubungan dengan SBY. Setelah pensiun di 2003, ketemu kembali dengan SBY dan ikut dalam tim pemenangan SBY pada Pilpres 2004 sampai hari ini.Setelah duduk menjadi presiden, SBY mempercayakan saya untuk memegang jabatan Staf Khusus Bidang Komunikasi Politik dan tahun ini ditambah tugas baru sebagai Koordinator Relawan yang tugasnya mengendalikan relawan di seluruh Indonesia. Setelah bekerjasama dengan SBY, apa saja yang telah diperbuat dan program apa saja yang masih harus dilanjutkan ?
Yang telah diperbuat selama ini sudah sangat banyak. Namun, antara lainnya adalah menata program pro rakyat, menciptakan suasana kondusif dan aman (masalah keamanan) yang tujuannya untuk mensejahterakan rakyat. Kemudian, saat krisis ekonomi global kemarin, kita masih mampu bertahan dengan tetap mengawal ekonomi kerakyatan.
Program pro rakyat yang selama ini dijalankan, jika terpilih kembali dan rakyat masih menghendaki kepemimpinan SBY maka program tersebut masih akan dilanjutkan. Sekarang yang terpenting adalah yang sudah ada harus dipelihara dan periode kedepan harus diselesaikan. Itu sebabnya, SBY yang memilih pasangannya Boediono ingin berkompetisi kedua kalinya agar program-program pro rakyat bisa dilanjutkan demi untuk kesejahteraan rakyat banyak.
Menjelang masa akhir jabatan SBY, upaya apa saat ini yang dilakukan oleh Tim untuk mengusung kembali SBY pada Pilpres 8 Juli mendatang ? Banyak upaya yang telah dilakukan oleh Tim untuk mengusung kembali SBY pada Pilpres mendatang. Disaat SBY menyatakan lanjut kembali untuk berkompetisi, bermunculanlah Tim-Tim yang mencoba merapat dan mendukung SBY.
Beberapa partai pun merapat dan memberinya kendaraan politik (perahu). Diperkirakan, sudah ada 30 organisasi kemasyarakatan (sukarelawan) di tingkat nasional maupun daerah yang bermunculan. Antara lain ada ARUS, GPRS (Remaja), Gerakan Pro SBY (GPS), Relawan SBY, Indonesia Bisa, SBY Lanjutkan ! serta organisasi kemasyarakatan lainnya yang memperkuat koalisi.
Ini menjadi pertanda, bahwa dengan bermunculannya organisasi-organisasi kemasyarakatan dan sukarelawan tersebut adalah salah satu kekayaan yang tidak terlihat tapi dimiliki oleh SBY. Di belakang SBY-Boediono ada beberapa pensiunan (Purnawirawan) TNI dan Polri yang ikut menjadi bagian dari Tim. Di pasangan lain juga ada beberapa Purnawirawan ikut bergabung. Bagaimana sikap SBY dan Tim dalam menyikapi hal ini ?
Berbicara tentang Purnawirawan, berarti kita bicara tentang warga negara yang sudah pensiun dari kemiliterannya dan memiliki hak untuk dipilih dan memilih. Setelah menjadi warga negara sipil (pensiun) berarti bebas memilih siapa saja dan ini tidak menjadi permasalahan serius. Terkait dengan adanya beberapa Purnawirawan dibelakang para Capres dan Cawapres itu tidak menjadi soal. Yang penting bersaing secara sehat.
Namun harus diingat, di dalam paguyuban TNI dan Purnawirawan TNI seperti Panorama Tidar kita tetap sama dan tidak pernah mempersoalkan masalah dukung mendukung Capres atau Cawapres. Kita tetap bersatu di dalam organisasi dan paguyuban.
Dalam mensosialisasikan dan mengkampanyekan pasangan SBY-Boediono, upaya apa yang dilakukan Tim, terutama di daerah ? Upaya-upaya yang kita lakukan harus melekat dengan figur SBY sebagai seorang figur yang sopan, santun dan memiliki etika, tidak mau membuka aib orang lain. Hal ini yang ditransfer ke masyarakat. Daya pikat yang diperkuat dengan program pro rakyat menjadi sebuah makanan (kalau kita berada di restoran, program-program yang ditawarkan SBY ibarat menu makanan yang siap dipilih).
Kemudian, memberitakan fakta-fakta dan mensosialisasikannya ke bawah. Upaya lainnya adalah adanya relawan-relawan yang mau meluangkan waktunya untuk menciptakan ‘mind set’ SBY di mata masyarakat. Menurut peta politik yang dilakukan Tim selama ini, apakah Pilpres 8 Juli nanti bisa satu putaran ? Dan perolehan suara bisa mencapai berapa persen ?
Berdasarkan hasil survey, beberapa lembaga survey menempatkan SBY pada posisi 71 persen, setelah berpasangan dengan Boediono menjadi 69 persen. Ketika SBY menjatuhkan pilihan kepada Boediono, seluruh Tim harus bekerja ekstra dalam mensosialisasikannya hingga ke daerah-daerah. Baru-baru ini misalnya, Boediono mengunjungi Medan, Sumatera Utara. SBY juga melakukan kunjungan ke beberapa daerah.
Kita semua tahu, ketika SBY menjatuhkan pilihan kepada ekonom Boediono banyak opini-opini miring yang dilontarkan. Untuk hal ini, perlu ada penjelasan kepada masyarakat tentang ekonomi liberal atau neoliberal tersebut.
Pada pendeklerasian beberapa organisasi kemasyarakatan dan lembaga independen atau pun relawan yang terbentuk di berbagai daerah menunjukkan bahwa mereka ingin diakui. Mereka punya modal keiklasan dan kebersamaan yang tak bisa dinilai dengan uang. Sama halnya dengan deklarasi ‘Indonesia Bisa’ di Medan - Sumatera Utara. Anggota yang tergabung dengan lembaga tersebut adalah orang-orang yang benar-benar menaruh simpati terhadap SBY dan menginginkan program-program pro rakyat seperti yang sudah berjalan selama ini di lanjutkan.Sumber harian analisa.

1 comments:
Tempat Penuh Senyum dan Gembira, kalau lewat silahkan mampir
http://megaproberaban.org
Post a Comment