Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

28 October, 2008

Menunggu Selesainya Kisruh Utang Bakrie

Jakarta - Dalam kondisi bursa global yang sedang terpuruk seperti sekarang, perhatian pelaku pasar tidak hanya terkonsentrasi pada kejatuhan indeks-indeks dunia semata. Sebagian besar sedang mencermati, membicarakan dan menanti hasil penyelesaian utang-utang PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR).

Sepanjang April hingga September 2008, BNBR telah melakukan serangkaian aksi gadai saham-saham anak usaha untuk memenuhi kebutuhan dana berbagai aksi korporasinya, termasuk akuisisi internal di tiga anak usahanya yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa BNBR pada 17 Maret 2008.

Berikut rincian total saham-saham yang digadaikan:


PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebanyak 5.126.427.858 (26,42%).
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) sebanyak 4.760.330.000 (20,97%).
PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) sebanyak 3.796.540.000 (19,06%).
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) sebanyak 394.963.598 (10,42%).

Saham-saham tersebut digadaikan pada 10 institusi keuangan, sebagai berikut:

Odickson Finance.
PT Recapital Securities.
JP Morgan.
ICICI.
PT Sucorinvest Gani.
PT PNM Investments Management.
PT Aldira.
PT Sarijaya Securities.
PT Mandiri Sekuritas.
PT Dinar Sekuritas.

Total dana yang diperoleh BNBR melalui serangkaian aksi gadai saham anak-anak usaha tersebut sebesar US$ 1,386 miliar dan Rp 560,81 miliar dengan tingkat suku bunga pinjaman bervariasi antara 8,5% sampai 20,75%.

Mengacu pada kurs US$ 1 = Rp 9.225 yang digunakan BNBR pada semester I 2008, total utang BNBR sebanyak Rp 13,346 triliun. Jika ditambah dengan bunga pinjaman yang harus dibayarkan BNBR sekitar Rp 1,22 triliun, maka total utang BNBR mencapai Rp 14,566 triliun.

Sepanjang April hingga Oktober 2008, sebagian pokok pinjaman telah dibayarkan, yakni US$ 193,5 juta (Rp 1,785 triliun) dan Rp 50 miliar. Sisanya pokok pinjaman sebesar US$ 1,192 miliar (Rp 11 triliun) ditambah Rp 510,81 miliar, atau total pokok pinjaman sebesar Rp 11,51 triliun masih harus diselesaikan BNBR. Jika ditambah dengan bunga pinjaman, total sisa pokok pinjaman berikut bunga mencapai Rp 12,73 triliun.

8 dari 10 pinjaman tersebut merupakan pinjaman jangka pendek yang jatuh tempo mulai Oktober ini hingga September 2009. Hanya pinjaman ke JP Morgan dan ICICI sebesar US$ 300 juta yang jatuh tempo Juli 2010. Pinjaman terbesar dari Odickson Finance sebesar US$ 1,086 miliar bahkan jatuh tempo dalam waktu 6 bulan ke depan.

Besarnya nilai pinjaman yang akan jatuh tempo dalam rentang waktu singkat ini kemudian memunculkan kabar bahwa grup Bakrie bakal gagal bayar dan sedang menuju kebangkrutan alias pailit.

Rumor ini santer di kalangan pelaku pasar dan bahkan dituding menjadi sebab utama kejatuhan seluruh saham-saham grup Bakrie lebih dari 30% secara bersamaan pada perdagangan Senin 6 Oktober 2008. Akibat simpang siurnya informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan penghentian sementara perdagangan saham (suspensi) seluruh grup Bakrie pada Selasa 7 Oktober 2008.

Namun pada Jumat 17 Oktober 2008, BEI membuka kembali perdagangan saham ELTY, UNSP dan BTEL dengan alasan sudah terdapat kejelasan informasi seputar mereka. Sisanya BNBR, BUMI dan ENRG hingga saat ini masih disuspensi lantaran belum terdapat kejelasan informasi.

Sayangnya, pelaku pasar masih memberikan reaksi negatif pada grup Bakrie, sehingga sejak dibuka suspensinya, ELTY, UNSP dan BTEL anjlok tajam hingga kena penolakan otomatis (auto rejection) selama 7 hari perdagangan berturut-turut. Tekanan jual sangat besar dan tidak terlihat adanya dorongan beli yang memadai untuk membatasi penurunan harga saham-saham ketiganya.

Menurut pendapat beberapa analis, investor-investor yang memegang saham-saham grup Bakrie masih melihat kemungkinan gagal bayar sehingga mereka memilih melepas portofolionya ketimbang memegang tanpa masa depan yang jelas.

Wajar saja, hasil penjualan 15,3% saham ELTY dan 5,6% saham UNSP hanya meraup dana sebesar US$ 56 juta atau setara dengan Rp 516,6 miliar. Padahal sisa pokok pinjaman berikut bunga yang masih harus dibayarkan BNBR mencapai Rp 12,73 triliun.

Artinya, jika dikurangi perolehan penjualan ELTY dan UNSP, total yang masih harus dibayarkan BNBR mencapai Rp 12,213 triliun.

Analis mengatakan, satu-satunya kunci penyelesaian utang BNBR adalah penjualan BUMI sebagai anak usaha yang memiliki harga saham paling mahal. Harga saham terakhir BUMI sebelum suspensi berada di level Rp 2.175 per saham. Dengan jumlah utang dan bunga yang masih harus dibayarkan sebesar Rp 12,73 triliun, jumlah saham yang harus dilepas BNBR minimal sebanyak 5.852.873.564 (30,16%). Saat ini kepemilikan BNBR di BUMI sebanyak 6.791.400.000 (35%).

Namun Direktur BNBR Ari Saptari Hudaya mengatakan dalam paparan publik 13 Oktober 2008, bahwa BNBR akan tetap mempertahankan kepemilikan mayoritas di BUMI. Pernyataan Ari tampak bertentangan jika dibandingkan dengan jumlah utang yang harus segera diselesaikan BNBR.

Sehubungan dengan itu, BNBR saat ini memiliki 5.760.325.350 (40%) saham di ENRG. Pada penutupan terakhir sebelum suspensi, ENRG berada di level Rp 350 per saham. Artinya, jika seluruh kepemilikan BNBR di ENRG dilepas pada harga yang sama, BNBR hanya memperoleh dana sebesar Rp 2,016 triliun, jauh dari total kewajiban BNBR.

Menurut analis, mau tidak mau BNBR harus merelakan kepemilikan mayoritasnya di BUMI agar kewajiban-kewajibannya dapat segera dipenuhi karena penjualan mayoritas saham BUMI menjadi kunci utama penyelesaian utang BNBR.

Kabar terakhir, BNBR sedang melakukan negosiasi mendalam dengan beberapa investor maupun konsorsium lokal dan asing calon-calon pembeli BUMI. Sayangnya, tidak satu pun manajemen BNBR yang mau memberikan komentar lebih jauh mengenai perkembangan negosiasi tersebut.

"Saat ini belum ada yang dapat kami umumkan mengenai penjualan BUMI. Nanti akan kami umumkan," ujar Juru Bicara grup Bakrie, Dileep Srivastava saat dihubungi detikFinance akhir pekan lalu.

Kabar terakhir dari lantai bursa, penjualan BUMI bakalan molor lantaran calon-calon pembelinya memberikan penawaran di harga yang sangat murah. Konon, kejatuhan saham ELTY, UNSP dan BTEL selama 7 hari berturut-turut membuat calon-calon pembeli BUMI merevisi kembali harga penawarannya.

Akibat molornya negosiasi tersebut, hingga saat ini BEI menyatakan belum dapat membuka suspensi saham BNBR, BUMI dan ENRG.

"Kalau kita buka sekarang dengan informasi transaksi material mereka yang belum jelas, akan memberikan sentimen negatif ke pasar. Ini bisa mempengaruhi seluruh pasar ditengah kondisi pasar yang sedang tidak wajar seperti sekarang ini. Jadi belum bisa kita buka," ujar Direktur Utama BEI, Erry Firmansyah (detik)

0 comments:

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP