Hanya 17 Persen UMKM Pinjam ke Bank

Muhammad Barir

BANDUNG, TRIBUN - Perilaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya, ternyata lebih banyak yang bertahan dengan modal sendiri. Hal itu terlihat dari salah satu hasil Sensus Ekonomi BPS terakhir (SE-2006) dalam Potret Dunia Usaha Jawa Barat.

Tercatat hanya 17,71 persen pelaku usaha kecil memanfaatkan pinjaman sebagai modal usahanya. Sementara sebagian besar UMKM atau sebanyak 82,29 persen menggunakan modal sendiri.


Uniknya, dari angka 17,71 persen tersebut, ternyata yang memanfaatkan pinjaman ke bank sebanyak 26,41 persen. Pengusaha kecil lebih banyak yang memanfaatkan pinjaman modal kepada perorangan sebanyak 27,52 persen. Sementara yang memanfaatkan pinjaman ke koperasi hanya sebesar 4,51 persen.

"Alasan enggan pinjam ke bank itu karena tidak berminat. Lebih banyak menggunakan modal sendiri atau kalau pun meminjam, lebih banyak yang meminjam secara perorangan," kata Achmad Kurjatin, Kepala Statistik Distribusi BPS Jawa Barat saat acara penyampaian hasil Sensus Ekonomi 2006 di Hotel Panghegar Bandung, Rabu (24/12).

Masalah modal, kata Achmad, merupakan kendala utama yang banyak dikeluhkan usaha kecil. Namun berdasarkan penelusuran survei BPS, alasan pelaku usaha yang enggan memanfaatkan pinjaman ke bank ternyata cukup mengejutkan.

Pengusaha kecil lebih dominan menyebutkan karena tidak berminat pinjam ke bank. Sementara alasan lain seperti tidak tahu prosedur, prosedur sulit, tidak punya agunan, atau usulan pinjaman ditolak hanya menempati proporsi yang sangat kecil.

Dari hasil sensus ekonomi 2006 tersebut, usaha mikro dan kecil di Jabar mampu menyerap tenaga kerja 7.654.071 orang. Dengan komposisi 4,9 juta laki-laki dan tenaga kerja perempuan 2,8 juta.

Sementara itu, pengamat ekonomi Unpad, Ina Primiana Sagir mengatakan data tersebut dapat dimanfaatkan pihak terkait yang membutuhkan. Namun menurutnya, tidak semua dunia usaha dapat mempergunakan data yang ada.

Hal ini salah satunya terkendala dengan updating data. Sensus yang dilakukan pada kondisi di tahun 2006 tentu banyak berbeda dengan kondisi di 2008. (mba)

(Sumber : www.tribunjabar.co.id)