Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

03 December, 2008

Peminat Pertanian Organik Terus Meningkat

Kamis, 27 November 2008
Peminat pertanian organik meningkat. ”FAO mencatat pertanian organik tidak membutuhkan waktu yang lama untuk masuk di pasar negara maju, bahkan telah menjadi sistem pertanian komersial yang besar di 120 negara, meliputi 31 juta hektar lahan yang dibudidayakan plus 62 juta hektar area alami bersertifikat. Pasar organik bernilai 40 milyar dollar AS dan diperkirakan mencapai 70 milyar dollar AS pada 2012,” kata Dekan Fakultas Pertanian Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie dalam Simposium dan Temu Lapang Pertanian Organik Selasa (25/11) di Auditorium Thoyyib Hadiwijaya Kampus IPB Darmaga.

Simposium dan Temu Lapang ini diselenggarakan Academic Fronteir Research Project Institut Pertanian Bogor (AFRP-IPB) dan Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB bekerjasama dengan The International Society for Southeast Asian Agriculture Science (ISSAS).

Di Indonesia pertumbuhan pertanian organik mencapai 0,04 persen per tahun. Sayangnya belum ada sertifikasi untuk standarisasi pertanian organik Indonesia. “Disamping itu, diperlukan keterpihakan pemerintah pada pertanian organik meliputi teknologi, bioagent, penelitian di lapang dan pembangunan sarana fasilitas pertanian organik,” imbuh Prof. Didy.

Rektor IPB, Dr.Ir.Herry Suhardiyanto, M.Sc menyampaikan pertanian organik bukan barang baru. Pertanian organik sudah diterapkan sejak dulu. Seiring dengan revolusi hijau dan upaya peningkatan produksi pangan, pertanian digenjot menggunakan berbagai bahan sintetis seperti pestisida dan pupuk anorganik.”Namun program pertanian ini menimbulkan masalah baru berupa kerusakan lingkungan.”

Dalam kesempatan itu, Guru Besar Tokyo University of Agriculture (TUA), Prof.Dr.Akimi Fujimoto menjabarkan perkembangan pertanian organik di Jepang. “Di Jepang hasil produksi pertanian organik tidak jauh berbeda dengan pertanian konvensional.” TUA telah melakukan uji teknologi pertanian organik pada dua tempat yakni Niigata dan Kanagawa.

Khusus untuk memberantas gulma padi, Prof.Akimi menjelaskan teknologi yang diterapkan di sana diantaranya menggunakan teknologi kertas daur ulang, teknik manual, pemberian dedak, dan sistem penggembalaan itik. ”Sistem penggembaan itik memanfaatkan itik jenis kecil. Itik ini digembala dua minggu setelah tanam padi dan dilanjutkan dua bulan pada masa pertumbuhan hingga muncul malai. Itik ini memakan gulma, serangga dan hewan penyebab penyakit tanaman padi. Dua bulan sebelum panen, itik diangkat dari penggembalaan,” ujar Prof. Akimi.

Dua manfaat yang diperoleh. Selain panen padi, petani juga bisa memanen itik sebagai bahan baku itik asap di Jepang. Penggunaan teknik manual bisa menurunkan gulma sebesar 59 persen. Penggunaan dedak bisa menurunkan gulma sebesar 38 persen. Sistem penggembalaan dedak bisa menurunkan sebesar 33 persen. Sedangkan penggunaan kertas bekas bisa menurunkan gulma 17 persen.

Dr.Yusman Syaukat dari Academic Fronteir Research Project Institut Pertanian Bogor (AFRP-IPB) menyampaikan penelitian pertanian organik yang dilakukan IPB.

Simposium ini juga menghadirkan pembicara lain: Dr.Purbo Winarno (Asosiasi Produsen Organik Indonesia), Ir.Djoko Prijono, M.Agr.Sc (IPB), Dr.Suryo Wiyono (IPB) dan Dr.Akhmad Sulaeman (Maporina). Moderator simposium tersebut Prof.Dr.Tineke Mandang dan Dr.Dadang. (ris). (Sumber : www.ipb.ac.id)

0 comments:

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP