Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

24 February, 2009

Sambung Rasa RRI Mempertemukan Prof. Hermanto Siregar dengan Pelaku UKM

”Bagaimana Usaha Mikro Menyikapi Krisis Finansial yang Mengglobal?” menjadi bahasan menarik acara Sambung Rasa RRI yang disiarkan on air secara nasional melalui PRO 3 FM Jakarta. Siaran radio yang dimulai tepat pukul 05.00 WIB ini, menghadirkan narasumber Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan IPB, Prof.Dr.Ir. Hermanto Siregar, M.Ec., yang dipandu oleh presenter RRI, Muchlis Abdilla.



Turut hadir dalam kesempatan ini Lurah Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor Maman Kadarisman, sejumlah pelaku UKM Kebon Pedes, Kabid Humas Sekretaris Eksekutif IPB Ir. Henny Windarti, M.Si., dan para teknisi RRI Bogor. Mereka berkumpul di Aula RRI Bogor Jln. Pangrango No. 34 yang terhubung ke seluruh RRI se Indonesia. Prof. Hermanto yang juga pakar ekonomi ini dalam prolognya memaparkan peristiwa krisis moneter tahun 1997 yang pernah dialami bangsa ini, sesungguhnya telah banyak memberikan pelajaran bagi para pelaku usaha. Pada saat itu, lanjutnya, usaha yang dapat bertahan dari krisis tersebut adalah UKM dan bidang pertanian.



”Saat krisis melanda, tenaga kerja di bidang pertanian yang awalnya 12 persen justru meningkat menjadi 15 persen. Begitu pula untuk UKM, saat itu banyak yang banting setir menjadi usaha-usaha kecil,” kata Prof. Hermanto, seraya mengatakan bahwa salah satu kiat yang diperlukan untuk dapat bertahan dari krisis ini adalah pemerintah membantu dalam permodalan.



Permodalan ini pula yang ternyata dialami oleh para pelaku UKM Kebon Pedes yang pagi itu hadir. Maman Suratman misalnya, pensiunan Good Year yang kini bergerak di bidang makanan ini berharap mendapatkan pinjaman lunak untuk modal usaha.



”Mulai buka usaha tahun 2003, dengan satu orang karyawan dan modal awal Rp 5 juta. Tahun 2009 ini, Alhamdulillah sudah ada peningkatan karyawan dan penjualan. Karyawan sudah berjumlah 26 orang, 15 orang diantaranya saya rekrut dari pemuda Karang Taruna dan pinjaman dari Bank pun sudah mencapai Rp 100 juta. Untuk penjualan, selain ke kota-kota besar di Indonesia, juga sudah ekspor ke Jepang. Namun hingga kini, belum ada bantuan dari pemerintah. Padahal kita membina pekerja yang tidak sedikit,” tutur Maman yang juga Ketua DKM Masjid An-Nuur Kebon Pedes.



Senada dengan Maman, Asep Makbul pelaku UKM yang memproduksi sandal untuk hotel ini mengaku terbentur dengan modal. Setiap kali ia mengajukan kredit ke Bank, selalu berujung penolakan, karena tidak bisa memenuhi agunan yang dipersyaratkan. ”Saya sering pusing dengan banyaknya orderan. Akhirnya saya bilang saja, pesanan lagi penuh,” ujar Asep yang merupakan korban PHK pada krisis moneter 97.



Lain lagi dengan Langgeng Wibowo, pengrajin kaos ini tetap optimis dan gigih dalam bekerja walau mengaku harus selalu menekan cost operasional. Pasalnya, dalam usahanya ini Langgeng hanya mengandalkan modal yang dimilikinya dengan nilai yang tidak begitu besar. Kepada Prof. Hermanto, pensiunan Perhubungan Laut ini mengharapkan IPB memberikan pelatihan bagaimana cara memenej keuangan dan mengelola usaha secara profesional.



Selain mereka yang hadir di studio, para pendengar setia RRI juga turut berpartisipasi. Nana di Cirebon misalnya, ia mengeluhkan kendala yang dihadapinya, yaitu modal banyak di luar atau di pelanggan, sehingga usahanya tersendat



Pahlawan ekonomi

Mendengar penuturan dari para pelaku UKM ini, serta merta Prof. Hermanto menyebut mereka sebagai Pahlawan Ekonomi yang sesungguhnya. Di tengah krisis finansial seperti saat ini mereka tetap gigih berusaha, bahkan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi sekitar.



Sementara, terkait modal, Prof. Hermanto menjelaskan skim pemerintah adalah berupa KUR atau Kredit Usaha Rakyat yang disalurkan melalui perbankan. KUR menjadi sangat ringan bagi pelaku UKM, karena bunganya disubsidi, sehingga lebih murah dibanding kredit komersial.



Lurah Kebon Pedes, Maman Kadarisman, menyampaikan hal yang sama, bahwa pemerintah telah mengeluarkan bantuan modal kepada para pelaku UKM melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop), dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).



Sampai pada kesimpulan, Prof. Hermanto menyebut 3 hal yang harus senantiasa dijadikan pedoman oleh para pelaku UKM ini, yakni gigih dalam bekerja, melakukan pantauan terhadap pengembangan pasar, dan membentuk networking dengan cara memanfaatkan lembaga terdekat seperti perguruan tinggi dan pemerintah daerah.



Pada bagian lain, Prof. Hermanto mengatakan IPB terbuka untuk para UKM melakukan konsultasi. ”Jika berkeinginan membuat pelatihan atau sebagainya, bisa menghubungi LPPM IPB,” pungkasnya. (nm) (sumber : www.ipb.ac.id)


0 comments:

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP