Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

01 March, 2009

Banyak Tambang Pasir Liar di Saguling

CIPATAT,(GM)-
Penambangan pasir liar secara besar-besaran terjadi di sepanjang daerah genangan Waduk Saguling. Penggalian pasir dilakukan secara terang-terangan dengan cara membuat lubang atau gua, tepat di bagian bantaran Waduk Saguling.

Bekas galian pasir membentuk lubang berdiameter rata-rata 1,5 meter dengan kedalaman antara 2 - 5 meter. Penggalian pasir ada yang memanjang, ada pula yang menggali sampai ke dasar tanah.
Salah seorang penambang pasir liar, Atang (49), warga Kp. Cigarung RT 02/RW 01 Desa Mekarsari, Kec. Cipatat mengatakan, dirinya terpaksa menggali pasir secara liar karena tidak punya pekerjaan tetap. Sehari-hari, Atang berprofesi sebagai buruh bangunan.

"Dulu tanah ini milik nenek moyang saya, tapi karena ada proyek PLTA Saguling, dibeli PT PLN (PT Indonesia Power). Sejak itulah saya berganti profesi menjadi buruh bangunan. Ternyata penghasilan dari buruh bangunan tak langgeng, kadang ada pekerjaan, terkadang lama menganggur. Selama menganggur itulah saya menggali pasir," kata Atang saat menggali pasir bersama istrinya, Emis (46) di lokasi galian pasir, Jumat (27/2).

Atang mengaku, tiap hari mampu mengangkut pasir sebanyak satu perahu atau setara 5 - 8 m3 dengan harga jual Rp 100.000. Pasir itu diangkut dengan menggunakan perahu ke bandar pasir yang ada di daerah Kec. Cililin.

"Saya tahu salah. Tapi jika tidak menggali pasir, dari mana dapat uang untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari," keluhnya.

Galian pasir liar mulai marak tahun 1997 atau pada awal terjadi krisis ekonomi. Penertiban sempat dilakukan PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling (UBP), namun tak membuat jera pelaku penggalian pasir liar.

Bekas galian

Lubang-lubang bekas galian pasir liar dibiarkan begitu saja, tanpa ada upaya dari pelaku penambangan untuk menutupinya. Akibatnya, banyak lubang bekas galian pasir ambruk ke dalam perairan Waduk Saguling.

General Manager PT Indonesia Power UBP Saguling, Sudibyanto di Kp. Cioray, Desa Rajamandala, Kec. Cipatat, Kab. Bandung Barat mengungkapkan, jumlah penambang liar di bantaran Waduk Saguling diperkirakan sebanyak 200 orang.

"PT Indonesia Power bukannya tinggal diam, berbagai upaya penertiban sudah pernah kami lakukan. Upaya yang kami lakukan lebih bersifat persuasif. Yaitu mengajak para penggali pasir untuk alih profesi. Alhamdulillah sudah ada 90 orang mantan penggali pasir yang dibina untuk alih profesi," kata Sudibyanto.

Mereka tak hanya diberi pembinaan, tapi juga diberi modal, seperti itik, kambing, dan bibit pohon.

Sudibyanto menjelaskan, keberadaan penambang pasir liar menimbulkan masalah lingkungan, terutama terjadinya sedimentasi Waduk Saguling. Sedimentasi memengaruhi masa manfaat Waduk Saguling untuk operasional pembangkitan.

"Rata-rata sedimen yang masuk ke Waduk Saguling 5,5 juta m3/ tahun, sementara laju sedimentasi di dead stroge 3,85 juta m3/tahun. Kalau melihat sedimen yang masuk ke Waduk Saguling, volume tampungnya selama 23 tahun berkurang 17%," ungkapnya. (B.104)** (Sumber : www.klik-galamedia.com)


0 comments:

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP