Baru 4 Alat Kesenian dan Seni di Jabar Direvitalisasi
BUKIT DAGO SELATAN,(GM)-
Dari 42 alat kesenian dan seni di Jawa Barat yang hampir punah, baru empat di antaranya yang sudah direvitalisasi. Keempatnya adalah seni angklung badud dari Kota Tasikmalaya, seni gamelan ajeng dari Kab. Karawang, gondang buhun dari Kab. Ciamis, dan topeng Losari dari Kab. Cirebon.
"Untuk tahun ini, alat kesenian dan seni yang akan direvitalisasi adalah seni parebut seeng dari Kabupaten Bogor/ Sukabumi," ungkap Kepala Balai Pengelolaan Taman Budaya (BPTB) Jabar, Dr. Ike Dewi Sartika kepada wartawan, usai diskusi seni kreatif di Teater Tertutup Taman Budaya Jabar, Kamis (28/5).Menurut Ike, setiap tahun BPTB hanya mampu merevitalisasi satu jenis alat kesenian dan seni yang hampir punah. Pasalnya, anggaran yang disediakan sangat kecil, yakni hanya Rp 60 juta/tahun untuk satu jenis alat kesenian dan seni.
"Dana yang diterima memang cukup kecil, terlebih setelah dipotong pajak dan lain-lain. Kalau dihitung-hitung hanya cukup untuk pencarian data," paparnya.
Idealnya, tambahnya, dana untuk revitalisasi alat seni dan kesenian yang hampir punah ini sebesar Rp 180 juta/alat. Dana tersebut dibutuhkan untuk pencarian data, pendataan, juga membuat replika alat kesenian, pengembangan, pemeliharaan, dan sosialisasi.
Karena dana yang digelontorkan sangat kecil, lanjut Ike, maka Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kebupaten kota yang diminta mengusulkan. Menurut Ike, hal ini dilakukan selain untuk efisiensi dana, juga kabupaten/kota yang mengetahui seni tradisional yang akan punah.
"Selain dana yang sangat kurang, kami pun sangat kekurangan tenaga sumber daya manusia (SDM)," ujarnya.
Ike menyebutkan, pihaknya menemukan permasalahan lain setelah empat seni yang hampir punah itu berhasil direvitalisasi. Permasalahannya, kabupaten/kota merasa kesulitan mengembangkan seni tersebut, karena tidak ada penerusnya dan tidak ada dana untuk mengembangkannya.
"Makanya, kami akan merevitalisasi seni yang hampir punah apabila seni tersebut masih mempunyai generasi penerusnya ," paparnya.
Sementara salah seorang pengamat seni tradisi, Athur S. Nalan menyebutkan, kemungkinan masih banyak alat kesenian dan seni tradisional yang hampir punah di masyarakat. Karena itu, ia meminta anggota dewan tidak pelit mengeluarkan anggaran untuk revitalisasi alat kesenian dan seni tersebut.
"Yang penting pemerintah bisa meyakinkan anggota dewan akan pentingnya revitalisasi alat kesenian dan seni yang hampir punah tersebut untuk masyarakat," paparnya.
Menurut Ike, selama ini pemerintah seperti tidak mempunyai rasa percaya diri untuk memberikan pemahaman tersebut kepada anggota dewan. Akibatnya, anggota dewan dengan mudah mencoret anggaran revitalisasi. (B.81)** (Sumber : www.klik-galamedia.com)

0 comments:
Post a Comment