Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

30 June, 2009

Nilai Perdagangan Industri Kreatif Rendah

BANDUNG, KOMPAS - Nilai perdagangan industri kreatif di Indonesia, termasuk Jawa Barat, masih kalah jauh dibandingkan dengan negara maju. Para pelaku industri kreatif negara maju lebih mampu mengemas produknya sehingga memperoleh nilai tambah tinggi.

Kepala Dinas Prindustrian dan Perdagangan Jabar Agus Gustiar di Bandung, Senin (29/6), mengatakan, perbedaan itu, misalnya, ditunjukkan oleh kondisi Indonesia dengan Inggris. Angka sumber daya manusia, usaha, dan pertumbuhan sektor industri kreatif Indonesia sebenarnya lebih besar.

Pertumbuhan nilai perdagangan industri kreatif Indonesia sekitar 5 persen per tahun, misalnya, lebih besar daripada Inggris sekitar 4 persen. Saat ini Indonesia memiliki sekitar 5 juta pekerja industri kreatif atau lebih dari dua kali jumlah di Inggris sekitar 2 juta orang. Penambahan tenaga kerja di Indonesia dan Inggris masing-masing sekitar 8,6 persen dan 2 persen per tahun.

Indonesia juga memiliki lebih banyak usaha kreatif sekitar 2,2 juta unit daripada Inggris sekitar 157.400 unit. Meski sumber daya Indonesia lebih besar, Inggris ternyata jauh lebih unggul dalam faktor terpenting, yaitu nilai perdagangan.

Nilai perdagangan Inggris sebesar 114 miliar dollar AS per tahun atau mencapai lebih dari 10 kali lipat Indonesia sekitar 10,5 miliar dollar AS per tahun.

Perbandingan dengan negara maju tersebut tak berbeda dengan di Jabar, dengan proporsi jumlah sumber daya manusia, usaha, dan nilai perdagangan lebih kurang 40 persen dari Indonesia. Agus mengatakan, perbedaan industri kreatif dalam negeri dengan negara maju adalah dalam nilai tambah.

Dalam mengepak produk, misalnya, pelaku industri kreatif di Inggris mendapatkan pemasukan lebih tinggi karena kemasannya menarik. Selain itu, produk kreatif negara maju juga banyak diekspor sehingga nilai perdagangannya lebih besar. Industri kreatif negara maju juga memiliki kelebihan teknologi modern untuk mendukung nilai produk yang lebih tinggi.

Kerajinan

Menurut Agus, Bandung perlu memiliki ruang publik industri kreatif dengan luas ideal sekitar 1.000-2.000 meter persegi. "Menurut saya, yang cocok seperti di Buahbatu atau Taman Hutan Raya Ir H Djuanda untuk warga berkreasi. Bukan ruang publik diisi kegiatan tak keruan," katanya.

Shelagh Wright, pakar industri kreatif bidang ruang publik dari Inggris, mengatakan, industri kreatif Inggris memiliki pola asimetris. Artinya, angka pekerja dan usaha relatif sedikit. Namun, banyak dari usaha itu berskala besar.

"Jadi, nilai bisnisnya juga besar. Usaha itu terutama film dan musik. Tapi, Indonesia punya potensi besar. Generasi mudanya sangat produktif dan semangat," katanya.

Direktur Paramedia Komunikata Mahpudi mengatakan, antusiasme industri kreatif dalam negeri ditunjukkan terutama dari kalangan perancang desain dan arsitektur.

Mereka meyakini, kunci keberhasilan ekonomi kreatif adalah muatan lokal dan mutu desain. "Itu yang menyebabkan Indonesia lebih mengedepankan sektor kerajinan dan desain sebagai primadona ekonomi kreatif," katanya. Langkah itu sering membuat kabur dan sempit sehingga ada pejabat, bahkan ilmuwan mengartikan industri kreatif sebagai kerajinan dan desain. (BAY) (Sumber : www.kompas.com)




0 comments:

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP