Video Temu Bisnis dan Investasi Kabupaten Bandung Barat (KBB)

29 June, 2009

Tangkubanparahu Kembali Menggeliat

MEMASUKI liburan sekolah, berbagai tempat wisata di Jawa Barat mulai menggeliat. Tempat-tempat wisata di Jabar siap menerima kunjungan para wisatawan yang memanfaatkan waktu liburan. Salah satu objek wisata yang sudah mempersiapkan diri adalah Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkubanparahu, objek wisata alam andalan Jabar berupa wisata gunung berapi dengan ketinggian 1.150-2.684 meter di atas permukaan laut (dpl).

Dilihat dari kejauhan, misalnya dari Kota Bandung, gunung berapi ini mirip perahu terbalik, sehingga masyarakat menyebutnya dengan sebutan Gunung Tangkubanparahu. Jarak dari Kota Bandung ke objek wisata ini sekitar 47 km ke arah utara menuju Lembang dan Subang.
Gunung Tangkubanparahu berada di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang, dikelilingi perkebunan teh Ciater dan hutan tropis khas pegunungan. Di tempat ini, suhu minimumnya antara 7-8 derajat Celsius, dengan kelembaban 45-95% serta sering hujan kabut. Sekalipun berada di perbatasan dua kabupaten, namun pengelolaan TWA Gunung Tangkubanparahu berada di bawah Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Departemen Kehutanan RI, bukan pemerintah daerah.Walaupun demikian, ribuan pengunjung yang datang setiap minggunya ke objek wisata alam ini. Tidak kurang dari 80 ribu pengunjung yang datang setiap bulannya.

Sekalipun dikelola BKSDA, TWA Gunung Tangkubanparahu tetap menjadi incaran para wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Hampir tiap hari, Tangkubanparahu selalu dipenuhi wisatawan. Terlebih pada akhir pekan atau week-end dan hari libur, objek wisata ini selalu dipenuhi wisatawan dari berbagai daerah dan luar negeri. Umumnya, para wisatawan ingin menyaksikan kawah bekas letusan ratusan tahun silam.

Berdasarkan data, gunung ini pernah meletus pada tahun 1829, 1846, 1919, 1926, dan 1929. Dari letusan tersebut, terbentuklah lima kawah, yakni Kawah Ratu, Upas, Baru, Domas, dan Kawah Jurig. Di antara kawah-kawah tersebut, Kawah Ratu menjadi primadona para wisatawan. Pasalnya, cukup turun dari kendaraan, wisatawan bisa langsung menyaksikan keindahan kubah lava tanpa harus capek-capek berjalan kaki. Bau khas gunung berapi, yakni belerang, langsung menyapa para pengunjung. Selain itu, ada juga kawah Upas. Kawah ini menarik karena memiliki pemandangan yang tak kalah indahnya dibandingkan Kawah Ratu.

Kawah lain yang tak kalah cantiknya adalah Kawah Domas yang jaraknya 1 km dari Kawah Ratu ke arah tenggara. Untuk mencapai kawah ini bisa dilakukan dengan berjalan kaki menuruni anak tangga dari tanah, yang disusun dengan penyangga kayu dari tanaman khas gunung. Selain itu, kita pun bisa menyusuri hutan yang ada di bawah untuk bisa mencapai Kawah Domas. Yang menarik, di kawah ini kita bisa mendekati sumber kawah tanpa takut terjerumus ke dalam kawah. Kawah ini berupa letupan air panas dari perut bumi yang suhunya berkisar antara 60-80 derajat Celsius. Di kawah ini, Anda bisa merebus telur mentah hingga matang tanpa harus menyalakan api. Telur ini bisa diperoleh dari para pedagang yang ada di sekitar kawah.

Selain keindahan alam yang memesona, Gunung Tangkubanparahu pun diselimuti cerita legenda masyarakat Jabar, yakni legenda Sangkuriang yang mencintai ibunya (Dewi Dayang Sumbi).

Untuk menggagalkan cinta Sangkuriang, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang membuat danau yang luas lengkap dengan perahunya yang harus selesai dalam satu malam. Syarat itu disanggupi Sangkuriang yang memang sakti mandraguna. Dengan dibantu para jin dan kesaktiannya, Sangkuriang berhasil membuat danau (Danau Purba Bandung) dan perahu yang diinginkan Dayang Sumbi. Namun sebelum semuanya beres, Dayang Sumbi kemudian membuat siasat dengan membentangkan kain putih yang dikibas-kibaskan di sebelah timur, sehingga terlihat seperti mentari di ufuk timur. Melihat itu, Sangkuriang marah dan menendang perahu buatannya ke arah utara sampai terbalik. Perahu ini pun berubah menjadi gunung, dan kini dikenal sebagai Gunung Tangkubanparahu.

Saking melegendanya cerita ini, ada beberapa daerah yang berusaha agar kisah Sangkuriang dijadikan cerita khas daerah tersebut, walaupun tidak mempunyai kesamaan nama seperti yang disebutkan dalam legenda Sangkuriang.

Sayang, untuk bisa mencapai ke puncak gunung, pengunjung dihadapkan pada kondisi jalan yang tidak mulus. Jalan menuju puncak Gunung Tangkubanparahu sepanjang 2 km dari pintu gerbang rusak berat. Sehingga jika tidak hati-hati dalam mengendarai kendaraan, bisa-bisa Anda terjerembab ke dalam lubang yang menganga.

Fasilitas umum lainnya seperti musala, toilet, tempat sampah, dan sebagainya masih kurang mendukung, walaupun sudah dikatakan cukup. Keberadaan pedagang asongan rupanya menjadi titik lemah dan menganggu para wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan gunung berapi tersebut. Kondisi ini dibiarkan bertahun-tahun, sehingga membuat jengah para wisatawan, khususnya wisatawan asing. Akibatnya, mereka terpaksa tidak memasukkan Gunung Tangkubanparahu dari daftar kunjungan di Jabar seperti yang diungkapkan Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (Asita) Jabar, Herman Rukmanadi.

Mendunia

Menurut Herman, kondisi ini sangat merugikan Jabar. Pasalnya, Gunung Tangkubanparahu sudah mendunia alias go international. Karena itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar berusaha meyakinkan para pengelola jasa wisata atau Asita agar mendatangkan wisatawan asing ke Tangkubanparahu. Untuk meyakinkan hal tersebut, seluruh pedagang, pengelola, tour guide, dan anggota kelompok penggerak pariwisata membulatkan tekad untuk membenahi TWA Gunung Tangkubanparahu.

Penataan itu dimulai dengan mengurangi jumlah pedagang dari 3.000 menjadi 1.126 orang, membuat tanda pengenal, pengaturan parkir, membuat bak sampah, serta membuat zona bebas pedagang sampai pembentukan konsorsium peduli Tangkubanparahu. Hal itu dilakukan untuk meyakinkan para wisatawan bahwa pengelolaan TWA Gunung Tangkubanparahu sudah berubah.

Sedangkan untuk perbaikan jalan memang diperlukan keterlibatan pemerintah daerah, baik Pemkab Bandung Barat, Subang, maupun Provinsi Jabar. Tanpa ada bantuan dan perhatian dari pemerintah, mustahil perbaikan jalan ke TWA Tangkubanparahu bisa diselesaikan dalam waktu dekat, seperti yang diminta para tur wisata, pengelola, pedagang, dan wisatawan itu sendiri. (kiki kurnia/"GM")** (Sumber : www.klik-galamedia.com)


0 comments:

detiknews

Viva News - BISNIS

Kirim SMS Gratis


Gabung Dengan Komunitas BB Online

Pimpinan Umum :
Drs. Ade Ratmadja
Email : (aderatmadja@bandungbaratonline.com)
Pimpinan Redaksi :
Agus Candra Suratmaja, S.P
Email : (aguscandra@bandungbaratonline.com)

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP