Investasi PDAM KBB Butuh Rp 127 Miliar
Selasa, 27 Januari 2009
Investasi PDAM KBB Butuh Rp 127 Miliar
CISARUA,(GM)-
Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kab. Bandung Barat membutuhkan investasi sebesar Rp 127 miliar. Rencana pendirian PDAM tersebut sudah menyelesaikan tahapan pra-feasibility study (FS) (pra-studi kelayakan, red) oleh PDAM Tirta Raharja.
Demikian diungkapkan Direktur Umum PDAM Tirta Raharja, Ir. Pambudi di ruang kerjanya, Jumat (23/1). Proses selanjutnya berupa FS yang akan dilaksanakan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
"Sebenarnya Bappenas sudah siap membantu proses FS pada 2007, tapi ketika itu Pemkab Bandung Barat masih di bawah kepemimpinan pejabat bupati sehingga prosesnya dihentikan sementara waktu, sampai ada pimpinan definitif. Sekarang bupati dan wakil bupati definitifnya sudah ada, maka proses FS bisa kembali dilanjutkan. Cepat lambatnya pendirian PDAM sangat bergantung pada political will Pemkab Bandung Barat," papar Pambudi.
Peluang mendirikan PDAM bagi Kab. Bandung Barat sangat terbuka. Pasalnya, pemerintah pusat, dalam hal ini Wakil Presiden Jusuf Kalla menargetkan pada 2013 sudah terpasang 10 juta sambungan rumah air minum di Indonesia. Jika PDAM Kab. Bandung Barat berdiri sebelum 2013, maka akan terpasang 14.000 sambungan rumah air minum baru.
"Bappenas sangat antusias membantu pendirian PDAM. Saya berharap peluang emas ini dapat ditangkap Pemkab Bandung Barat, sehingga FS bisa cepat dilaksanakan," ujarnya.
Sumber air utama PDAM Kab. Bandung Barat berasal dari Waduk Saguling. Dipilihnya air Waduk Saguling sebagai sumber air PDAM karena kapasitasnya cukup besar dibandingkan jika mengambil dari sumber air Cimeta maupun Ciherang.
"Dalam memilih sumber air, harus diperhatikan kontinuitasnya. Untuk jangka panjang sumber air Waduk Saguling lebih terjamin dibandingkan sumber air dari mata air Cimeta dan Ciherang," tegasnya.
Hanya saja Pambudi mengakui, kondisi air Waduk Saguling sangat buruk karena sudah tercemar limbah. Sehingga teknologi yang digunakan untuk mengolah air dari Saguling menjadi layak minum tidak bisa menggunakan teknologi konvensional seperti yang diterapkan PDAM Tirta Raharja.
"Perlu teknologi yang lebih canggih dari teknologi konvensional. Karena itulah biaya pengolahan air Waduk Saguling minimalnya 2 kali lipat lebih mahal ketimbang biaya pengolahan air dari Situ Lembang yang biasa dipakai PDAM Tirta Raharja," ungkapnya.
Dicontohkannya, warna air Waduk Saguling yang hitam pekat akan lebih sulit dihilangkan ketimbang menghilangkan air warna kecokelatan akibat kikisan tanah. Salah satu bahan kimia yang digunakan untuk mengolah air baku adalah alum sulfat (ALSO4).
Untuk menekan biaya pengolahan, pengambilan air harus dari Waduk Saguling yang tingkat pencemarannya relatif tidak tinggi. Seperti dari perairan Waduk Saguling yang menjorok ke dalam. (B.104)** (Sumber : www.klik-galamedia.com)

0 comments:
Post a Comment